Minggu, 2 Mei 2021
Bacaan I: Kis 9:26-31
Bacaan II: 1Yoh 3:18-24
Injil: Yoh 15:1-8
“KALAU saja kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri, tidak mungkin kita bisa menyelesaikan pembangunan gereja ini,” kata Ketua Stasi kepada beberapa umat sebelum rapat stasi.
“Tidak disangka, selesai juga bangunan gereja stasi kita,” sahut umat yang lain.
“Jika ingat awal pembangunan yang sempat berselisih satu sama lain, bahkan dengan salah satu anggota keluarga yang menghibahkan tanah untuk gereja ini, kita sungguh harus bersyukur,” kata ketua stasi.
“Dulu kita saling mempertahankan letak gereja supaya dekat dengan kampung kita,” kata salah satu umat.
“Tetapi juga ada provokator yang berusaha memperkeruh suasana dengan tujuan supaya pembangunan gereja ini tidak terlaksana,” kata umat yang lain.
“Orang yang dulu banyak omong, dan sering tampil waktu rapat. Setelah mulai kerja tidak pernah muncul bahkan kita bergotongroyong, membersihkan lahan, mengangkut pasir dan kegiatan lainnya,” kata umat yang lain lagi.
“Membuat gereja itu membuat rumah bagi Tuhan. Kita hanya bisa bekerja dengan baik jika Tuhan memberkatinya,” kata ketua stasi.
“Bukan sekadar ada lahan dan uang serta material untuk bangunan, tetapi menjadi syarat yang mutlak yakni kemauan untuk berdoa dan bersatu antara kita,” kata salah satu pengurus stasi.
“Semua rintangan akan bisa diatasi jika kita selalu bersama Tuhan, dan mengerjakan apa yang menjadi kehendak Tuhan,” kata Ketua Stasi.
Gereja yang berdiri dengan kokoh di stasi hulu sungai tersebut adalah bukti kerelaan dan kemauan umat untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan.
Dalam Tuhanlah kita bisa berbuat sesuatu yang besar yang jauh melampaui kemampuan kita semua.
Ada dua hal yang sangat penting yang bisa dipetik dari pembangunan gereja stasi tersebut.
Gereja adalah rumah Tuhan. Jangan pernah memaksakan kehendak, melainkan biarlah kehendak Tuhan yang memimpin semua langkah dalam pembangunan tersebut.
Rumah Tuhan adalah rumah doa. Maka sejak awal, umat beriman mengiringi pembangunan gereja dengan doa-doa yang tiada henti.
Bagaimana cintaku pada Gereja?