AWALNYA hanyalah sebuah tanda tanya berupa rasa ingin tahu (curiosity) semata. Pertanyaannya, seperti macam apa pedalaman Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Ketapang?
Ketika paparan pengalaman turne masuk pedalaman Ketapang lalu dibaca –plus gambar-gambar perjalanan juga mulai ikut dicermati—rasa ingin tahu itu berubah menjadi keinginan serius untuk masuk hutan beneran.
Kebetulan sekali, Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi dengan serius berkenan memfasilitas rasa ingin tahu dan keinginan mau ikut masuk hutan Kalimantan di Kabupaten Ketapang. Apalagi, jadwal turne Monsinyur ke pedalaman Keuskupan Ketapang itu sudah tersedia sejak pertengahan tahun 2018 dan di akhir Desember lalu, destinasi turne di akhir tahun 2018 itu adalah Menyumbung.
Keberuntungan juga datang dari Augustinian Spirituality Center (ASC), wisma rumah retret milik Kongregasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Kota Ketapang.
Lengkap sudah, jadwal telah tersusun dan akhirnya tiga “Srikandi” senior asal Kota Batik Pekalongan di Jateng itu mantap ingin datang ke Keuskupan Ketapang untuk memulai turnenya bersama Bapak Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi ke Menyumbung.
Ketiga Srikandi senior
Ketiga “Srikandi” Pekalongan itu adalah ME Soesiati, Anastasia Djumiati, dan Odilia Larasati. Ketiganya itu sudah berumur di atas 60-an tahun.
Ketika ditanyai apakah bisa “tahan banting” dan berani masuk hutan beneran, mereka meyakinkan diri bahwa mereka siap.
Cerita Bergambar Turne Masuk Pedalaman Ketapang bersama Mgr. Pius Riana Prapdi
Benar juga, tanggal 26 Desember 2018 mereka bertiga berhasil mendarat di Ketapang dan kemudian menginap di Wisma ASC Ketapang. Petang harinya sudah bersama Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi di Wisma Keuskupan.
Tanggal 27 Desember, bersama Uskup dan sopir Pak Harun, mereka bertiga sudah masuk kabin mobil offroader 4×4 WD menuju Menyumbung.
Tanggal 2 Januari 2019, mereka memberi kabar sudah meninggalkan Menyumbung dan telah tiba di Sandai.
Mgr. Pius segera bertolak menuju Pontianak mengunjungi Romo Udi yang dirawat di RS St. Antonius Pontianak karena jatuh dari pohon.
Kemudian, ketiga “Srikandi” Pekalongan meneruskan perjalanan pulang menuju Ketapang. (Bersambung)