Kamis, 22 April 2021
Bacaan I : Kis. 8: 24 – 40
Injil Yohanes : 6:44-51
SEORANG teman menceritakan bagaimana gurunya dulu waktu SD memberi apresiasi, jika anak didiknya bisa mengerjakan tugas dengan baik dengan mengatakan, “Kamu pasti makannya belut, maka pintar.”
Sedangkan pada anak yang tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik, guru itu akan berkata, “Dasar makannya tiwul, otaknya susah digunakan untuk berpikir.”
Orang Inggris menyebut, “You are what you eat.” Anda adalah apa yang anda makan.
Baik Pak Guru teman saya tadi maupun orang Inggris itu sebenarnya ingin mengatakan ini. Makanan sangat mempengaruhi tubuh dan pikiran kita, dan akhirnya membentuk diri kita.
Jika tubuh mendapat makanan yang sehat, maka ia akan berfungsi maksimal dan tidak mudah sakit.
Namun sebaliknya, jika yang kita makan adalah makanan tidak sehat dan berlebih, maka tubuh akan rentan terhadap penyakit, rasa lemas, malas, dan tidak bugar.
Jika yang kita makan adalah tubuh Kristus yang kita terima dalam Sakramen Ekaristi, maka tentu kita punya harapan hidup dengan semangat dan kekuatan serta berkat seperti Kristus.
Pertalian yang erat, bersatunya antara Tuhan dengan manusia itu terjadi dalam komuni suci, ketika kita menyambut Tubuh Yesus dalam Perayaan Ekaristi.
Paulus menyatakan kepada jemaat di Galatia, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Maka sebagai pengikut Kristus dan yang dengan setia menyambut Kristus hendaknya hidup dalam iman yang mendalam penuh kepercayaan kepada Kristus.
Bagaimana kita menghidupi makna ekaristi dalam hidup sehari-hari?
