Home BERITA Bersiap Diri untuk Mati dengan Baik dan Tenang

Bersiap Diri untuk Mati dengan Baik dan Tenang

0
Ilustrasi - (Ist)

BAPERAN – Bacaan Permenungan Harian

Rabu, 2 Juni 2021

  • Tb 3: 1-11a, 16-17a
  • Mrk. 12: 18-27.

PENDERITAAN dan derita tak dapat dihindarkan. Bahkan, kita dengar biaya perawatan mempertahankan hidup tidaklah murah. Terdengar ada  orang sampai mengeluarkan  miliaran rupiah untuk bisa kembali pulih. Mencari kesembuhan.

Kalau sembuh, apakah hidup akan lebih baik, lebih bermakna bagi dirinya sendiri, sesama dan Tuhan? Lebih percaya dan berani berserah? Berbelas kasih?

Second change to live.

Seandainya pun tak dapat mempertahankan hidup, apakah ia meninggal dalam keadaan rahmat.

Death in grace.

Hidup bersama Allah dalam keabadian dan keilahian-Nya atau lainnya? Apa arti penderitaan sebagai orang Kristiani?

Tobit berdoa, “Engkaulah adil, ya Tuhan, semua perbuatan-Mu pun adil pula; semua tindakan-Mu belas kasihan dan kebenaran, dan dunia semesta diadili oleh-Mu.” ay 2.

Sara berdoa, “Terpujilah Engkau, ya Allah penyayang. Moga-moga terpujilah nama-Mu selama-lamanya, dan semoga segala buatan-Mu memuji Engkau selama-lamanya.” ay 11.

Mereka tidak menyalahkan Allah. Mereka percaya akan belas kasih Allah. Mereka yakin betapa besar dan melimpahnya kasih Allah dan keadilan Ilahi dalam kehidupan. Mereka percaya akan rancangan kasih Allah yang semula.

Mereka berdoa.

Doa merupakan sebuah cara memandang hidup dalam pengharapan sesuai dengan rancangan belas kasih Allah.

Hidupnya tidak sia-siakan. Ada pertolongan dalam Tuhan. Mereka benar dan dibenarkan oleh Allah.

Passing away

“Saya merasa, waktu saya sudah tidak lama lagi, Romo.”

“Maksudnya apa?”

“Saya minta doa, bisa menerima Sakramen Maha Kudus dan Pengurapan Minyak Suci.”

“Nanti, biar keluarga yang menjemput. Isteri dan anak-anak. Mereka sudah saya beritahu. Tidak usah sedih. Saya sudah menyiapkan semua yang mereka butuhkan sampai anak-anak berkeluarga.

Isteri saya baik dan setia. Ia telah merawat saya setahun lebih. Saya kena kanker lidah. Berkali-kali saya sudah bilang ke dia, jangan sedih kalau aku pergi. Titip anak-anak. Saya sudah  mengatasnamakan semua yang saya punya ke isteri dan anak-anak.

Stadium sudah tinggi. Kemungkinan sembuh kecil. Saya ingin meninggal dengan tenang dalam nama Tuhan. Saya siap.”

“Secepatnya ya, Romo.”

Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Perminyakan Suci diterimakan

Terlihat isterinya tenang, kendati wajahnya sedih. Anak-anak, SD dan SMP mengeluarkan airmata.

“Mam, Micha dan Daniel, maafin papa ya”

“Papa sayang kalian. Papa ingin pulang dengan tenang. Papa telah berusaha menjadi papa yang baik. Papa bahagia bersama kalian. Kalian jarang bertengkar dan manja ke papi dan mami. Sayangi mami ya.”

Isterinya mengelus rambut kepalanya dari belakang. Anak-anak berdiri di kiri dan kanan kursi papanya dan memegang tangannya.

Suana begitu haru.

Lima hari kemudian, ia meninggal.

Doa dan imannya memampukan dia memandang masa depan dengan penuh harapan. Ia memandang dan percaya akan suatu hidup baru dalam kepastian iman.

Yesus berkata, “Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” ay 27.

Tuhan, pekakan aku mendengar suara-Mu dalam doa dan hati nuraniku. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version