Minggu, 27 September 2015
Minggu Biasa XXVI
Bil 11:25-29; Mzm 19:8,10,12-13,14; Yak 5:1-6; Mrk 9:38-43,45,47-48
Yesus bersabda, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.”
INJIL hari ini menyatakan kepada kita Yohanes, salah seorang murid Yesus yang menegur bahkan mencegah seseorang lain yang bukan pengikut Yesus mengusir setan dalam nama Yesus. Alasannya, karena mereka bukan kelompok kita. Betapa mudah kita juga bersikap seperti itu.
Bagaimana dengan sikap Yesus? Yesus amat bijaksana. Ia bersabda, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.” Yesus menegaskan itu karena melihat bahwa Yohanes bersikap begitu karena iri dan prasangka buruk saja.
Maka dari kisah ini, kita bisa bertanya diri: Apakah kita juga bisa bersukacita atas kebaikan sesama kita? Kadang kita seperti para murid Yesus di masa lalu, kita menjadi tidak nyaman menyaksikan orang lain lebih baik dan “bersinar” dari kita. Mengapa? Karena kita iri dan penuh prasangka!
Kita dapat belajar di sini bahwa iri hati dan prasangka seperti itu harus dibuang dari hati kita terdalam. Jangan biarkan sikap itu berakar dalam hati kita.
Iri dan cemburu merupakan dosa sebab sikap itu membuat kita gelisah dan menderita atas hal yang seharusnya membuat kita bersukacita, yakni hal-hal baik yang ada dalam diri sesama kita. St. Paulus mengatakan, kasih itu tidak iri dan cemburu tetapi bersukacita atas kebenaran” (1 Kor 13: 4, 6). Lebih lanjut bisa kita baca dalam 1Kor 13:4-8, apa itu kasih menurut St. Paulus. Kecemburuan dan iri hati berlawanan dengan kasih, sebab kasih itu bersukacita atas kebaikan sesama.
Dari Injil hari ini kita belajar tentang kasih Yesus sendiri. Kasih-Nya murah hati dan tidak egois tetapi tertuju kepada semua kebaikan kita dan kebaikan seluruh umat manusia. Kasih-Nya tidak diskriminatif. Kasih-Nya memurnikan dan membebaskan kita dari iri hati dan kecemburuan. Kasih-Nya justru menggerakkan kita untuk memberi dengan murah hati, terutama kepada mereka yang amat membutuhkan pelayanan kita.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, sementara kita bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus, kita belajar untuk mengatasi iri hati dan kecemburuan kita dengan kasih Allah sendiri yang dicurahkan dalam hati kita. Kita berdoa dan mohon agar Tuhan Yesus Kristus memurnikan hati kita dan membebaskan kita dari sikap iri hati dan cemburu serta prasangka buruk terhadap sesama kita, dari keangkuhan, kerakusan dan kepahitan hidup.
Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa telah menciptakan kami dalam kasih untuk kasih. Kami seharusnya amat bahagia saat kami boleh mengasihi seperti Dikau mengasihi. Bebaskan kami dari iri hati dan kecemburuan. Bantulah kami untuk menunjukkan kepada sesama kasih dan kemurahan. Semoga kami selalu bersyukur karena belas kasih Allah dan kebaikan-Nya yang ditujukan kepada kami dan kami pun berbelas kasih serta berbaik hati kepada sesama kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)