Home BERITA Bersyukur Merawat Hidup: Tanam Ari-ari dekat Pintu Rumah

Bersyukur Merawat Hidup: Tanam Ari-ari dekat Pintu Rumah

0
Tanam Ari-ari dekat Pintu Rumah dengan terang lampu teplok. (Nakita)

Matius 12:20-21 – “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

Ada sebuah tradisi budaya Jawa apabila seorang bayi lahir, ayah dari si bayi menanam ari-ari atau plasenta. Kakang kawah (air ketuban) jadi ari-ari (plasenta), rah (darah), puser (tali pusar/plasenta) dan pancer (bayi) dikenal dengan istilah sedulur papat lima pancer.

Anak titipan Tuhan
Dalam kandungan sang ibu bayi dilindungi air ketuban dan darah, mendapat nutrisi melalui plasenta dan tali plasenta. Sedulur papat lima pancer sebagai satu kesatuan dengan bayi dirawat, dijaga sebagai wujud syukur atas kelahiran bayi dari Sang Pencipta.

Sebagai bagian dari ciptaan Sang Pencipta Hyang Agung ari-ari atau plasenta yang ditanam. Jika direnungkan ibarat buluh yang patah terkulai yang tidak diputuskan-Nya. Ari-ari dirawat sebagai satu kesatuan hidup dengan si bayi. Anak titipan Tuhan.

Ungkapan syukur dan harapan
Biasanya ari-ari dari bayi putri ditanam (baca: dikubur) di dekat pintu depan rumah sebelah kiri. Ari-ari bayi putra ditanam di dekat pintu depan rumah sebelah kanan.

Sebagai ungkapan syukur dan harapan serta memohon perlindungan dan rahmat hidup serta jalan terang sepanjang hidup si bayi, di dekat ari-ari yang ditanam dipasang lampu teplok atau bolam lampu ukuran kecil, 5 watt.

Nyala teplok senantiasa dijaga dan dirawat dengan mengisi minyak tanah dan mengganti sumbu manakala nyala teplok memudar.
Atau jika memakai penerang listrik, bolam lampu selalu diperiksa agar nyala penerang tidak padam.

Dalam tradisi memberi lampu penerang dekat ari-ari lamanya selama selapan hari atau 35 hari. Namun ada juga yang melakukan lebih dari selapan hari.

Pengasuhan ayah-ibu
“Sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya sampai menjadikan hukum itu menang.”

Kehidupan yang telah dianugerahkan Sang Pencipta Hyang Agung dirawat oleh tangan-tangan kasih orangtua si bayi. Melalui pengasuhan ayah-ibu.

Hukum terang mengalahkan kegelapan
Nyala api lampu teplok atau bolam selalu dijaga. Dijauhkan dari padam. Penerang hidup si bayi yakni jiwa, roh dan kehendak-Nya yang ada dalam diri si bayi merupakan terang.

Terang mengalahkan kegelapan

Kebangkitan Kristus hukum yang menang mengalahkan kematian. Hidup kekal mengalahkan kematian.

Permohonan doa
Dan pada-Nyalah harapan untuk pertumbuhan si bayi dimohonkan. Doa-doa dihunjukkan pada-Nya. Mukjizat melalui benda-benda yang ikut ditanam bersama ari-ari seperti kendi, cermin, sisir, pensil, buku, bumbu dapur, dlingo bengle, bunga dan lainnya menjadi lambang harapan agar Sang Pencipta memberikan mukjizat bagi si bayi agar hidupnya memiliki keutamaan hidup dan kecakapan hidup.

Sang Pencipta merawat si bayi dengan memberi hidup dan meneguhkan harapan orangtuanya bahwa Sang Pencipta tetap berkarya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version