INI masanya, ketidakpastian yang luarbiasa. Tidak perlu bertanya ke dukun atau konsul ke bola kristal.
Pergeseran, perubahan, hingga gejolak di berbagai aspek kehidupan kasat mata terlihat. Pandemi secara gamblang memporakporandakan elemen kesehatan masyarakat. Hal yang lalu merembet ke aspek ekonomi, politik, sosial budaya sampai lingkungan hidup. Kemajuan teknologi yang pesat menolong tapi juga diboncengi ancaman keamanan digital.
Benar, ketidakpastian menimbulkan risiko. Maka perlu kemampuan memahami dan mengelola risiko. Supaya bisa membuka peluang baru, bukan malah terpental.
Ketahanan dan mengelola risiko
Berkembang dalam ketidakpastian tidak terjadi secara kebetulan. Mutlak butuh ketahanan. Organisasi yang bertahan alias tangguh, siap menghadapi badai. Organisasi tersebut merespons kerusakan yang terjadi, memperkirakan arah angin dan perubahan dinamika ke depan. Kemudian tidak hanya tampak tegar dalam ‘gempa’ tetapi jadi lebih tangguh ketika kesulitan itu lewat.
Dalam salah satu temuan riset berupa survei ke profesional manajemen risiko di Eropa, menunjukkan kenaikkan prioritas organisasi akan risiko dan ketahanan. Di masa lalu mereka hanya terfokus pada risiko keuangan. Sekarang faktor kesehatan masyarakat dan aspek sosial politik menjadi satu tarikan nafas yang dipertimbangkan pihak manajemen.
Perlu lincah
Nah untuk bertahan perlu kelincahan. Ibarat pejalan kaki yang bisa manuver menghindari hujan sambil awas terhindar dari bahaya kendaraan bermotor sehingga bisa tiba selamat di rumah atau pun ke halte kendaraan umum terdekat.
Kelincahan atau kegesitan itu memungkinkan organisasi merespon setiap krisis dengan unik – bukan hantam kromo satu solusi untuk semua.
Resep kelincahan McKinsey
Untuk menjadi organisasi nan gesit, bisa menerapkan dua strategi simpel dari McKinsey, perusahaan konsultan manajemen terkemuka dunia.
Pertama, McKinsey menyarankan perlu pengambilan keputusan yang dinamis. Kejelasan struktur siapa yang berwenang mengambil keputusan akhir membantu organisasi tidak mengalami penundaan yang merugikan. Catatan pinggirnya adalah bekali manajemen dengan kepimimpinan yang tenang dan kuat menghadapi krisis.
Kedua, manajemen waktu dan rapat yang efektif. Pandemi memang membuat orang mau tak mau harus merubah gaya rapat dan pengelolaan waktu. Struktur, agenda, dan irama pertemuan perlu disesuaikan dan penting dievaluasi di awal dan di akhir suatu kegiatan atau projek.
Tanggap, ahli tebak, adapter
Di masa ketidakpastian, cari pendekatan baru untuk membangun ketahanan. Ketahanan yang tanggap terhadap tantangan saat ini, yang menebak dirupsi berikut yang akan muncul, dan bisa beradaptasi untuk tumbuh lebih baik di masa depan.
Susah? Itu tantangannya.