Home BERITA Bertenun, Cara Tepat Dongkrak Pendapatan Anggota Kelompok Bia Berek di Atambua

Bertenun, Cara Tepat Dongkrak Pendapatan Anggota Kelompok Bia Berek di Atambua

0
Kerajinan tangan hasil budaya masyarakat Timor di Atambua: tenun ikat berkualitas.

SEBANYAK 18 orang ibu dari bakal Paroki Kuneru, Paroki Katedral Atambua, Timor, NTT, memilih bergabung dalam Kelompok Tenun Ikat “Bia Berek” untuk  berjuang bersama, menyediakan tenun ikat yang siap dipasarkan.

Ketika ditemui di pusat pemasaran, Kamis 18/08/2016, Victoria Nai Mau, selaku ketua kelompok, mengatakan ini.  “Kelompok Tenun Ikat Bia Berek ini sudah dibentuk dan hadir sejak tahun 2007. Pembentukan ini terjadi saat kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Eka Pangestu dan kelompok ini masih bertahan hingga sekarang”.

Ada tiga motif yang dihasilkan yakni  futus, utete dan ulnera.

Cara kerjanya dan waktu penyelesaiannya juga beda. Ada yang hanya satu pekan, dua pekan minggu, tetapi ada yang sebulan.  Semua itu tergantung tingkat kesulitan dan kerumitannya. Harganya  juga bervariasi  karena itu tergantung kualitas dan juga tingkat kesulitannya.

atambua kain tenun 2
Kain tenun produksi Atambua, Timor, NTT.

“Harga berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta per kain. Jadi jika dalam sebulan kita menghasilkan empat lembar kain,  maka pendapatan perbulan, sekitar Rp 2 juta. Sementara untuk pemasarannya, ada pembeli yang langsung datang ke lokasi, ada juga yang pesan dari luar daerah. Pembeli umumnya bervariasi, dari berbagai instansi pemerintahan, dari Timor Leste, dari Jakarta, serta penduduk sekitar,” demikian penjelasan Viktoria.

Cara kerja kelompok  itu sebagai berikut.  Masing-masing anggota  bekerja di rumahnya masing-masing.  Setelah itu,  hasilnya lalu dipajang di rumah kelompok. Bila ada yang terjual maka uangnya diberikan anggota kelompok yang bersangkutan. Uang hasil penjualan biasanya digunakan untuk memenuhi kehidupan dalam rumah tangga juga untuk pendidikan anak-anak.

Inilah hasil karya seni tinggi masyarakat Timor di Atambua: tenun ikat.

“Sebenarnya ada dua hal yang bisa didapatkan dari kegiatan bertenun. Pertama,  memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kedua, kegiatan produktif ini merupakan bagian dari melestarikan budaya kita,” ungkap salah satu keluarga anggota peserta kelompok ini.

Menurut beberapa anggota kelompok, selama ini mereka juga mendapat bantuan pemerintah berupa sebuah bangunan sederhana sebagai tempat promosi dan pemasaran, alat tenun, benang dan bantuan lainnya. Mereka juga berharap  penulis dapat membantu mempromosikan hasil karya mereka agar semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat luas.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version