TAHUN ini, pemerintah Timor Tengah Utara (TTU) mempunyai program bagus untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Pemerintah mencanangkan program padat karya pangan. Intinya, setiap keluarga yang tersebar di semua 175 desa diharuskan menyiapkan lahan seluas 2,500 M2 setiap tahunnya.
Ini program yang harus dijalankan selama empat tahun agar areal itu menjadi lahan pertanian permanen. Jadi, selama empat tahun ke depan tiap KK diharapkan sudah mempunyai kebun menetap seluas 1 hektar.
Sebagai imbalan, pemerintah memberikan beras kepada mereka. Beras ini merupakan RASKIN (beras untuk rakyat miskin), yang dibeli oleh pemerintah daerah. Untuk bisa memperoleh jatah beras RASKIN ini –namun tak seperti prosedur beras RASKIN pada umumnya– masyarakat tidak perlu menebusnya dengan uang, tetapi cukup menyiapkan lahan mereka secara intensif.
Lahan berpindah
Kebanyakan penduduk di TTU dan kawasan Timor Barat lain masih terbiasa dengan pertanian ladang berpindah, yang dikenal dengan sistem “tebas bakar”. Kebanyakan lahan pertanian TTU adalah lahan kering. Dengan mempersiapkan lahan, yakni “membalik tanah”, membuat terasering, menanam tanaman penguat teras yang daunnya dapat menyuburkan tanah, belajar membuat kompos, diharapkan selama empat tahun ke depan masyarakat sudah bisa belajar bertani secara lebih intensif.
Sayang sekali, pada musim tanam 2010/2011 cuaca tidak menentu sehingga banyak terjadi gagal panen dan gagal tanam.Akibatnya penduduk tidak mempunyai banyak persediaaan bibit untuk tahun ini.
Persiapan lahan lewat program padat karya pangan ini tentu lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Namun jika bibit tidak ada/terbatas, persiapan yang baik ini akan menjadi sia-sia. Karena keterbatasan, pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan bibit ini, padahal pada bulan November penduduk sudah harus mulai bertanam jagung.
Bagaimana jika musim tanam 2011/2012 hujan tidak tentu karena perubahan cuaca ini? Bukankah bantuan bibit juga tidak sia-sia?
Tentu bantuan bibit tidak sia-sia. Setidak-tidaknya dengan persiapan lahan yang lebih baik dalam program padat karya pangan ini di tahun ini, lahan yang dipersiapkan dengan baik sudah bisa menyerap air hujan yang tidak menentu (dibandingan sistem tebas bakar). Jadi, kemungkinan tumbuh masih bisa diharapkan.
Uluran tangan dengan cara memberikan bibit jagung bagi para petani tentu sangat diharapkan agar ancaman kerawanan pangan tidak bertambah lebih parah.