SEKILAS bangunan besar yang berdiri kokoh persis di depan Gereja Katolik Gembala Baik Paroki Batu –tak jauh dari Malang— di Jawa Timur ini mirip-mirip asrama. Ternyata bukan. Bangunan ini adalah Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli”, sebuah pertapaan kontemplatif untuk para suster-suster rubiah anggota Ordo Karmelit.
Karena anggotanya semua perempuan, maka para biarawati kontemplatif Ordo Karmelit ini lalu menyebut diri Biarawati Rubiah Karmelites. Nama biara mereka pun juga mengadopsi nama yang ‘berbau’ Ordo Karmelit: “Flos Carmeli” yang berarti “Bunga Karmelit”.
Tidak bersentuhan dengan dunia luar
Sekilas memang tidak pernah terdengar kegiatan lain di balik tembok Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” ini, selain hanya perayaan ekaristi harian setiap pagi pukul 05.45 WIB. Misa harian pagi ini terbuka untuk umum dan sejumlah umat katolik juga rajin mengikuti perayaan ekaristi harian ini.
Namun, segera sesudah misa rampung, praktis kontak para suster biarawati rubiah karmelites dengan dunia luar ini langsung ‘terputus’. Para rubiah karmelites ini segera melanjutkan kegiatan mereka dengan berdoa, sementara umat katolik yang sebelumnya mengikuti perayaan ekaristi juga langsung pulang meninggalkan biara.
Sama sekali tidak ada kontak apa pun dengan ‘dunia luar’ baik dalam bentuk kontak fisik seperti uluk salam, tangan bersalaman, atau saling berucap ‘selamat pagi’. Yang ini pun, juga tidak terjadi.
Baca juga: Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” Batu: Areal Misa Berseberangan (2)
Pagar pembatas
Para suster biarawati rubiah karmelites ini duduk menempati jajaran bangku langsung berhadapan dengan altar. Sementara, umat katolik yang menghadiri misa duduk di jejeran bangku di sayap samping altar.
Tidak ada ‘adu pandang’ antara umat hadirin misa dengan para suster rubiah karmelites ini. Bahkan, pastor yang memimpin misa pun hanya boleh menyentuh areal ‘bebas’ di balik pagar kayu pembatas di depan altar. Pagar kayu pembatas ini merupakan ‘perimeter’ antara areal ‘bebas’ dengan areal ‘terlarang’ untuk umum.
Dengan demikian, saat terima komuni pun pastor hanya boleh berdiri areal ‘bebas’ di salah satu sisi pagar pembatas, sementara para suster berdiri di areal ‘klosura’ (tertutup) di sisi lainnya di balik pagar pembatas.
Baca juga:
- Puisi Suster Rubiah Karmel: Pesona Awali
- Tuhan Hadir di Rangkaian Bunga Biara Flos Carmeli Batu
- Berdoa “Angelus” di Biara Rubiah Flos Carmeli Batu
- Berkebun bersama Tuhan, Sang Pemelihara Kehidupan di Biara Rubiah Flos Carmeli
- 14 Tahun di Biara Rubiah Flos Carmeli: Tuhan tidak Bersembunyi di Meja Cuci
Terima kasih saya pernah diijinkan masuk ke ruang belajar biara, tetapi belum pernah ikut misa di biara flos carmeli. semoga suatu saat nanti berkesempatan berdoa bersama para suster carmelites