Minggu, 29 September 2024
Bil. 11:25-29.
Mzm. 19:8,10,12-13,14.
Yak. 5:1-6.
Mrk. 9:38-43,45,47-48.
RASA iri, tidak terima, cemburu, dan curiga, kiranya menjadi pengalaman batin yang dialami banyak orang.
Disadari atau tidak disadari, pengalaman batin semacam ini seringkali muncul dan hadir dalam diri kita, karena kelemahan manusiawi yang kita miliki. Perasaan-perasaan semacam ini muncul ketika kita merasa tersaingi, direndahkan, diremehkan, dan diabaikan.
Berangkat dari pengalaman tercampakan dan kurang dihargai serta rasa iri hati, Tuhan Yesus mengajak kita untuk terus-menerus mengolah hati dan pikiran kita, supaya kita dapat semakin menyadari kecenderungan-kecenderungan negatif kita terhadap orang lain.
Dengan menyadari kecenderungan ini, kita dapat lebih mengembangkan semangat keterbukaan hati dan berpikir secara positif baik terhadap sesama maupun terhadap segala hal yang kita alami hari ini dan juga di setiap harinya; sehingga kita dapat semakin menyadari rahmat Tuhan yang selalu hadir dalam setiap perjalanan hidup kita.
“Saya ingin menjadi petugas Lektor dalam perayaan ekaristi,” kata seorang sahabat.
“Namun hal itu lama tidak bisa terwujud karena ada umat yang dengan keras menegurku saat akan bertugas dalam misa lingkungan. Karena saya belum menjadi menjadi anggota paguyuhan lektor maka saya tidak boleh. Intinya jika tidak menjadi anggota paguyuban lektor tidak boleh bertugas menjadi lektor. Teguran itu menyakitkan dan membuatku malu.
Saya merasa bingung dan sedikit frustrasi. Saya berusaha bertanya kepada para pemimpin gereja tentang alasan di balik aturan tersebut. Mereka menjelaskan bahwa kelompok lektor telah dilatih untuk membacakan Kitab Suci dengan baik dan benar, agar makna yang terkandung dapat disampaikan dengan jelas.
Kerinduan dan rasa kecewa, aku jadikan semangat untuk latihan membaca di rumah dan dalam setiap kesempatan seperti pendalaman iman, jika ada bacaan Kitab Suci, saya senang jika ditunjuk membacanya.
Seiring waktu, pemimpin gereja melihat kesungguhan dan dedikasiku. Mereka mengundangku untuk bergabung dalam kelompok Lektor. Saya sangat senang, bukan hanya karena saya bisa membaca Kitab Suci dalam perayaan ekaristi, tetapi juga karena proses belajar yang saya jalani membentukku menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan rendah hati,” ujarnya
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jangan kamu cegah dia. Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Para murid Yesus merasa terancam karena ada orang yang tidak mengikuti Yesus dan mampu mengusir setan.
Yesus mengingatkan kita bahwa siapa pun yang melakukan pekerjaan baik demi nama-Nya, dia adalah bagian dari kita. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak membatasi kasih dan kuasa Tuhan hanya pada kelompok kita sendiri. Kita diajak untuk lebih inklusif, menghargai setiap usaha kebaikan, tidak peduli dari mana asalnya.
Namun sering kali kita tidak tersenyum bahagia atas keberhasilan orang lain. Seperti yang dirasakan oleh Yohanes seolah merasa kurang senang ketika ada seorang yang bukan bagian dari para murid (pengikut Yesus), mengusir setan menggunakan kuasa dalam nama Yesus.
Dalam perkataan Yohanes, seolah ada nada mempertanyakan kuasa orang itu dan menjurus ke arah protes kepada Tuhan Yesus. Bahkan mungkin, Yohanes mengharapkan tindakan tegas dari Tuhan Yesus untuk melarang, menghukum, dan mengutuk perbuatan orang itu. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Yesus malah menegur Yohanes.
Yesus mengingatkan kita tentang bahaya yang mungkin kita timbulkan bagi orang lain. Dalam pernyataannya yang tegas, Dia berkata bahwa lebih baik bagi kita untuk melukai diri sendiri daripada menyebabkan orang lain jatuh.
Ini adalah panggilan untuk introspeksi. Seberapa sering kita bertindak atau berbicara tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain? Kerendahan hati menuntut kita untuk menempatkan kebutuhan dan keselamatan orang lain di atas kepentingan kita sendiri.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku dikuasai iri hati dengan keberhasilan sesama?