Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Biarkanlah Aku Pergi

Biarkanlah Aku Pergi

0
Ilustrasi9: Keluarga dalam Iman

Puncta 29.12.23
Jumat Oktaf Natal
Lukas 2: 22-35

KEMARIN saya misa bersama keluarga besar sahabat saya, Asmi Arijanto, untuk memberkati rumah anaknya di Solo.

Hadir semua saudara dan anak cucu, juga Ibu Agnes Djumilah Agus Slamet yang sudah usia 87 tahun.

Setelah misa usai, kami ngobrol berdua dengan Ari. Ibu Agnes tiba-tiba nimbrung mendekati dan minta duduk di samping saya.

Kula badhe matur dhateng romo (Saya mau cerita dengan romo),” bisiknya halus dan sangat hormat, berdandan “dhemes neces” khas ibu-ibu Jawa.

Badhe ngendika punapa bu?” jawab saya. Beliau merasa bersyukur sekali karena berkat Tuhan dirasakan melimpah bagi anak-anak dan cucu-cucunya.

Menurutnya, tidak mungkin mengentaskan delapan anak hanya sendirian. Tuhan turun campur dalam mendidik putera-puterinya.

Beliau punya anak delapan. Suami meninggal ketika anak-anak masih kecil. Dengan susah payah menghidupi keluarga besar.

Suami hanya prajurit TNI berpangkat rendah. Uang pensiun tak cukup untuk menghidupi anak-anak yang sedang tumbuh dewasa.

Dengan menjahit, jualan makanan dan pekerjaan apa saja dilakukan demi menghidupi anak-anaknya.

Kula namung saged matur nuwun romo, Gusti menika mahasae (Saya hanya bisa bersyukur, Tuhan itu mahabaik),” ungkapnya berkali-kali. Sekarang anak-anak dan cucu-cucu sudah berhasil semua. Sudah lega dan bangga rasanya.

“Sebetulnya saya sudah siap jika Tuhan memanggil saya. Saya sudah melihat anak-anak saya hidup bahagia. Sekarang saya hanya bisa berdoa untuk mereka semua,” Tapi anak-anak bilang, “Eyang tidak boleh berkata begitu…”

Hari ini Yesus kecil dibawa oleh Maria dan Yusuf ke Bait Suci di Yerusalem. Mereka mempersembahkan Anak sulungnya kepada Tuhan.

Ketika itu ada Simeon yang saleh dan benar di hadapan Tuhan. Simeon menatang bayi Yesus sambal memuji Allah. Ia bersukacita karena boleh melihat Keselamatan yang datang dari Allah.

“Sekarang Tuhan, biarkanlah hambamu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari pada-Mu.”

Simeon merasa tentram dan damai karena sudah berjumpa dengan Sang Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan.

Betapa bahagia orangtua jika melihat anak cucunya hidup damai dan bahagia. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia.

Mengandalkan kekuatan sendiri jelas tidak bisa. Semua itu karena pertolongan Tuhan. Maka yang ada hanyalah bersyukur dan terus bersyukur.

Sambil menyetir mobil, saya pulang. Di jalan saya merenungkan peristiwa tadi sambal meneteskan airmata haru tapi juga bahagia.

Saya ingat orangtua yang sudah di surga. Berbahagialah kita yang masih punya orangtua yang sangat mengasihi.

Mari kita membahagiakan orangtua, mumpung mereka masih ada.

Penari balet indah berpasangan,
Bergerak padu meliukkan kaki.
Kasih ibu sepanjang kehidupan,
Terpatri selamanya di sanubari.

Cawas, biarkanlah hambamu ini pergi
Rm. A. Joko Purwanto Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version