Home KELUARGA Bijaklah!

Bijaklah!

0

Kemarin saya menyaksikan dua pemandangan yang kontras yang jelas membuat diri saya jengkel bercampur kesal dan di sisi lain membuat saya senang dan gembira. Asyik menikmati makan siang di restoran sederhana saya melihat dua keluarga masuk menuju restoran yang sama. Saya yakin bahwa mereka baru saja datang dari sekolah yang sama untuk menjemput anak-anak. Satu keluarga mengambil meja persis di bagian sudut restoran dan yang lain mengambil meja di samping saya.

Keluarga yang duduk di sudut restoran, selekas memesan makanan, mereka asyik sendiri. Suami asyik dengan BB-nya, si ibu lebih sibuk lagi dengan BB-nya juga. Bagaimana dengan si anak? dia juga sibuk dengan game-nya. Sayang sekali mereka tidak mempergunakan waktu yang singkat itu untuk berbagi pengalaman, keceriaan dan cerita. Sayang mereka lebih tertarik “berdialog” dengan BB daripada bertukar pikiran satu sama lain. Di tempat umum saja mereka tidak lagi malu dan segan, apalagi saat di rumah, mungkin lebih sibuk lagi dengan BB itu atau yang lain.

Sedangkan keluarga yang duduk persis di samping saya, sungguh menikmati kebersamaan itu. Tidak ada BB walau saya yakin mereka punya. Tidak ada BBM walau sebenarnya barangkali penting untuk menghubungi teman sekantor dan sekerja. Yang saya lihat mereka sungguh menggunakan waktu itu dengan bermutu. Anaknya langsung membuka buka dan bertanya kepada orang tuanya sesuatu yang ia tidak mengerti. Orang tua itu sungguh “melayani” anaknya dengan baik.

Saudara-saudari terkasih dan teman-teman sekalian, saya yakin hadirnya teknologi canggih sekarang ini berdampak positif dan negatif. Kita bisa berkomunikasi dengan semua teman, keluarga di mana saja dan kapan saja. Kita juga bisa menyerap banyak informasi penting berkaitan dengan hidup kita. Namun di sisi lain, kita bisa-bisa terasing dari orang lain dan bahkan dengan keluarga kita sendiri. Alat teknologi itu bisa menguasai diri kita dan bukan sebaliknya kita yang mengontrol mereka.

Sering muncul keluhan bahwa BB, HP, FB dst telah mengarahkan kita lebih individualistik dan egois. Manusia tidak peduli lagi dengan orang lain. Mereka tidak perhatian lagi dengan keluarga. Yang ada dalam pikiran ialah bagaimana ber-happy ria dengan alat itu. Karena itu di mana saja (di Gereja, kantor, mobil, dan di tempat lain) asyik dan sibuk dengan itu. Tidak mustahil, bahwa pikiran kita sudah dirasuki dengan BB, FB, HP itu.

Kalau kita menyangi keluarga sebagaimana kita “menyayangi” BB itu, saya yakin keluarga kita akan hidup damai. Kalau kita menyediakan waktu seperti kita menyediakan waktu untuk FB, saya yakin kebersamaan dengan mereka yang kita cintai pasti lebih bermutu. Kalau kita sering berkomunikasi dari hati ke hati, sebagaimana kita sering berkomunikasi lewat hp, saya yakin hidup kita penuh dengan nuansa positif. Kalau kita perhatian, sebagaimana kita perhatian dengan alat tekhnologi itu, saya yakin perhatian kita kepada orang lain juga akan full.

Pernah dosen saya mengatakan kepada kami, “Silahkan kamu menelepon dan menjumpai saya kapan saja antara waktu 08:00- 18:00 (waktu kampus). Saya siap untukmu. Tetapi jangan telepon saya di atas jam itu karena itu adalah waktu untuk keluargaku. Sederhana namun bermakna tegas bahwa keluarga juga membutuhkan beliau.

Maka mari kita memakai prinsip bijak. Buatlah keluarga menjadi prioritas utama dan pertama. Dahulukan dulu urusan paling penting baru urusan lain. Waktu untuk keluarga sudah sangat sedikit, maka pergunakanlah itu dengan baik dan bijak. Jangan waktu yang sedikit itu, “disita” lagi oleh kesibukan yang tidak penting, seperti keluarga dalam kisah di atas.  Semoga!

Photo Credit: Hearth and Mind Blog!

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version