Home BERITA Br. Marcellinus FIC, Tenun Boro Masih Eksis (1)

Br. Marcellinus FIC, Tenun Boro Masih Eksis (1)

0
Br. Marcelius FIC, juru kunci dan penjaga warisan tradisi tenun "Santa Maria" Boro, Kulon Progo, DIY. (Titch TV/Mathias Hariyadi)

SALAH satu kisah sejarah tak lekang oleh perjalanan waktu tentang Boro di Kulon Progo, DIY, adalah produksi tenun. Dalam bentuk rupa serbet, sprei, selimut, dan kain pel.

Semua barang kebutuhan rumah tangga ini praktis “sangat diakrabi” oleh rumah-rumah biara, rumah-rumah sakit, dan tempat lain seperti hotel atau rumah-rumah penginapan.

Pertenunan “Santa Maria” Boro tipe ATBM sejak tahun 1938

Boro memang terkenal dengan produk kain tenun ATBM (alat tenun bukan mesin). Alias dikerjakan secara manual oleh tangan-tangan manusia.

Adalah Pertenunan “Santa Maria” Boro yang punya kisah sejarah ini sejak tahun 1938 sampai sekarang.

“Tepat persisnya Pertemunan Santa Maria Boro ini mulai operasional tahun 1940-an,” terang Br. Marcelius FIC, pemimpin “pabrik tenun” Boro menjawab Mathias Hariyadi dari Titch TV di Boro, Kulon Progo, DIY, beberapa waktu lalu.

Siang yang amat panas itu, Titch TV datang bersama Ping dan dr. Prastowo Nugroho, pensiunan ASN Kemenkes RI yang kini membantu tata kelola RS Santo Yusup Boro.

Juru kunci dan penjaga warisan tradisi tenun Boro

Tak berlebihan, menyebut Br. Marcelius FIC ini sebagai juru kunci dan penjaga warisan tradisi tenun produksi Pertenunan “Santa Maria” Boro.

Lantaran, ia merupakan “putera daerah” Boro, sekaligus sejak muda memang disekolahkan dan dilatih ikut dalam proses produksi kain-kain tenun yang dirintis oleh Bruder FIC.

“Saya sekolah tenun selama tiga tahun. Masih ditambah satu tahun lagi sebagai program praktik kerja nyata,” ujarnya menjawab Titch TV di tengah syuting di ruang-ruang produksi tenun.

Masih dicintai ribuan pelanggan

Sampai saat ini, tegasnya, tenun Boro masih tetap eksis. Berbagai produksi tenun keluaran Pertenunan “Santa Maria” masih dicintai oleh masyarakat pasar pelanggannya.

“Dari seluruh Indonesia. Utamanya produksi serbet, selimut, kain pel, seprei,” terang Br. Marcelius FIC.

Selain itu, kini Tenun Boro juga memproduksi baju, celana pendek, taplak, dan aksesori lainnya.

Eksisnya Pertenunan “Santa Maria” Boro ini, tegas Br. Marcelius FIC, “karena para pelanggan setia itu masih tetap membeli semua produk kami.”

Permintaan melonjak, tenaga ahli tenun berkurang

Bahkan boleh dibilang, Pertenunan “Santa Maria” Boro kadang kala malah mengalami sedikit “kewalahan” bilamana permintaannya melonjak, sementara tenaga kerja yang harus memproduksinya sangat sedikit.

Makin sedikitnya jumlah orang-orang yang bisa menenun inilah yang menjadi tantangan serius bagi Pertenunan “Santa Maria” Boro. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version