Home BERITA Breaking News: RIP Mgr. Andreas Henrisoesanto SCJ, Uskup Emeritus Tanjung Karang

Breaking News: RIP Mgr. Andreas Henrisoesanto SCJ, Uskup Emeritus Tanjung Karang

2

BERITA duka datang dari Keuskupan Tanjung Karang di Lampung.

Baru saja meninggal dunia Mgr. Andreas  Suwijata Henrisoesanto SCJ, Uskup Emeritus Keuskupan Tanjung Karang di RS Sint Carolus Jakarta, hari Kamis 10 Maret 2016 s pukul 14.20 WIB.

Alm. Mgr. Andreas Henrisoesanto lahir di  Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 Juni 1935. Ditahbiskan menjadi imam religius SCJ pada tanggal 2 Juli 1961 dan diangkat menjadi Uskup untuk Keuskupan Tanjung Karang 18 April 1979 hingga resmi mengundurkan diri karena pensiun 6 Juli 2012.

Kedudukannya sebagai Uskup Keuskupan Tanjung Karang kemudian diisi oleh Mgr. Aloysius Sudarso, Uskup Agung Keuskupan Palembang. Tahta Suci kemudian menunjuk Mgr. Yohanes Harun Yuwono sebagai Uskup baru untuk Keuskupan Tanjung Karang sejak Juli 2013.

Hari Selasa tanggal 8 Maret lalu, berlangsung acara sederhana memperingati HUT ke-40 tahbisan episkopal alm. Mgr. Andreas Henrisoesanto di sebuah ruangan kecil di samping Ruang ICU Sint Carolus Jakarta. Sedianya, acaranya akan dilangsungkan di Pringsewu, namun karena sakit acaranya hanya berupa perayaan ekaristi syukur dan pemotongan tumpeng bersama Uskup Keuskupan Tanjung Karang Mgr. Yohanes Harun Yuwono dan dua imam lainnya. (Baca juga:  Proficiat, 40 Th Tahbisan Episkopal Mgr. Andreas Henrisoesanto SCJ (1) dan  40 Th Tahbisan Uskup Mgr. Andreas Henrisoesanto SCJ, Uskup Emeritus Keuskupan Tanjung Karang (2)

Sejarah hidup

Suwiyata –nama kecil alm. Mgr. Andreas Henrisoesanto SCJ– lahir di sebuah dusun kecil bernama Kalidadap, Desa Ngijorejo, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul ,Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7 Juni 1935. Ia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara.

Ayahnya Samadi adalah seorang petani, dan ibunya Wasijem adalah seorang ibu rumah tangga. Ia tinggal dalam keluarga sederhana. Ayahnya Samadi Kasandikrama dan Pamannya Satijo Atmo Suparto merupakan orang terpandang di Ngijorejo. Keduanya murid Kyai Kasan Iman, seorang guru spiritual terkenal pada masa itu.

Andreas_Henrisoesanta_Official
Foto diri saat masih menjabat Uskup Keuskupan Tanjung Karang. (Ist)

Atmo Suparto pun menjadi guru spiritual di desa itu. Pada suatu saat, datanglah Romo Strater, SJ. Lalu dibaptislah tujuh keluarga di desa Ngijorejo. Inilah cikal bakal umat Katolik Stasi Ngjorejo, Paroki Wonosari.

Ayah. Mgr. Andreas Henrisoesanta, yang tadinya hanya bernama Samadi Kasandikrama, mengambil nama baptis Jacobus serta ibunya mengambil nama baptis Jacoba. Pada tahun 1939, keluarga ini mengikuti transmigrasi program pemerintah Hindia Belanda.

Saat itu ia masih berumur 4 tahun. Kemudian mereka mulai bermukim hingga tiga puluh tahunan di Metro.

Mgr. Andreas Henrisoesanta dilahirkan dengan nama Suwiyata saja. Saat keluarganya dibaptis, ia diberi nama baptis Andreas, sehingga namanya menjadi Andreas Suwiyata. Ketika beranjak dewasa dan hendak menjadi pastor ia mengganti namanya menjadi Andreas Henrisoesanta. Nama inilah yang ia pakai hingga meninggalnya di Jakarta, 10 Maret 2016.

Mengenakan topi uskup (bonnet) tak lama setelah menerima tahbisan episkopal pada tahun 1976. (Ist)

Mgr. Andreas Henri kecil mengikuti Sekolah Rakyat di Metro, dari tahun 1941 hingga 1947. SR-nya ia alami pada zaman Belanda, Jepang, dan pada jaman awal kemerdekaan. Lalu ia menempuh pendidikan menengahnya di SMK (Sekolah Menengah Katolik) Pringsewu pada tahun 1948 sampai 1949. Saat ini, sekolah itu menjadi SMP Xaverius Pringsewu. SMP yang belum tuntas itu, ia lanjutkan di SMK Talang Jawa, Palembang dari tahun 1949-1950 dan SMP St. Joseph, Lahat, Sumatera Selatan dari tahun 1950 – sampai kelulusannya pada tahun 1951.

Setelah tamat SMP, ia menuntut ilmu di sebuah SGA dan Seminari Menengah di Palembang dari tahun 1951-1955.

Saat masih menjabat Uskup Keuskupan Tanjung Karang. (Ist)

Pada tahun 1955, Mgr. Henri mendaftar di Novisiat SCJ di Bandar Agung, Lahat. Ia pun menerima kaul pertamanya di Lahat pada 8 September 1956. Setahun kemudian ia pun menerima pembaharuan kaul di Seminari St. Paulus Palembang pada 8 September 1957.

Ia  menerima pembaharuan kaul di dalam kapal saat menuju Eropa pada 8 September 1958. Sesampainya di Roma, ia mengikuti pelajaran teologi dan hukum gereja. Ia menerima tahbiskan Tonsura pada 20 Desember 1958 di Kolese SCJ Leo Dehon, Roma Italia oleh Mgr. Nicolaus Canino. Pada 8 September 1959 ia menerima kaul kekal di Barton Under Needwood, Inggris.

Setelah itu ia kembali ke Italia, dan menerima sakramen Imammat pada 2 Juli 1961 di Kapel Kolese SCJ Leo Dehon, Roma. Setelah menjadi sarjana, ia melanjutkan studi teologinya dengan gelar Licentiat  di Universitas Gregoriana Roma pada bulan Juni 1962 hingga meraih gelar doktor idang Hukum Gerejadengan tesisnya De Probatione per Documente in Precessu Canonico pada 10 Juli 1966.

Ia pun memulai misa perdananya di Castel Mino, Italia Utara pada bulan Juli 1961. Setahun kemudian, ia pulang ke Metro dan memulai misa pertamanya di Indonesia pada 1962. Pada 1964 – 1965, ia pun mengikuti studi di Friburg, Swiss. dan kemudian kembali lagi ke Indonesia pada 1966.

Menerima tahbisan uskup dari tangan Kardinal Justinus Darmojuwono, Uskup Agung Keuskupan Semarang, 11 Februari 1976. (ist)

Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Uskup Tituler Ubaba, sebuah daerah kecil di Afrika pada tahun 1975. Ia menjadi uskup tituler disana sampai tahun 1979. Sekembalinya ke Indonesia, ia pun menjadi Pastor Paroki di Telukbetung, Kedaton, Metro, Kotabumi, dan Tanjungkarang. Saat itu ia juga pernah menjadi guru agama di SD Sejahtera, Kedaton, Guru SMP Xaverius, Pimpinan SMA Xaverius dan Dosen agama Katolik di Universitas Lampung. Ia juga pernah menjadi Pimpinan yayasan Xaverius dan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik (YPSK) Keuskupan Tanjungkarang.

Misa perpisahan sebagai Uskup Tanjung Karang bersama penggantinya Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Keuskupan Palembang. (Ist)

Tahbisan Uskup Mgr. Andreas Henrisusanta  terjadi pada 11 Februari 1976  oleh Penahbis Utama Kardinal Justinus  Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, sementara Uskup Agung Vincenzo Maria Farano, Uskup Agung Titular Cluentum sekaligus Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Uskup Albert Hermelink Gentiaras, SCJ, Uskup Tanjungkarang menjadi Uskup Ko-konsekrator.

Pada 6 Juli 2012 pengunduran dirinya karena memasuki usia pensiun disetujui oleh Paus Benediktus XVI, dan digantikan oleh Mgr. Aloysius Sudarso sebagai Administrator Apostolik di Keuskupan Tanjungkarang, hingga Mgr. Yohanes Harun Yuwono terpilih menjadi Uskup Tanjungkarang.

 

2 COMMENTS

  1. Selamat jalan menuju kedamaian yang abadi bersama Sang Junjungan Tuhan Yesus Kristus

    Mgr Henrisoesanto …..trimakasih atas bimbingan dan nasehat yang sangat bermanfaat bagi

    kami domba2 mu…semoga kami dapat menjadi penerus2 mu menyebarkan kasih bagi sesama….

  2. Selamat Jalan Mgr. Henri Soesanta,SCJ…semoga damai bersama para kudus di surga. kami akan selalu mengenang kebaikanmu,seluruh karyamu selama menjadi gembala di keuskupan Tanjungkarang. Selamat Jalan….doa kami menyertaimu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version