Bukan Siapa-Siapa

0
Bukan siapa-siapa
  • Bacaan 1: 1Kor 4:6b-15
  • Injil: Luk 6:1-5

“Bukan siapa-siapa” artinya orang tidak penting dan tidak perlu dianggap. Hal ini tentu tidak berlaku bagi orang sombong. Karena orang sombong itu selalu merasa berada diatas orang lain.

Sikap semacam itu jelas tidak baik.

Orang bisa menjadi sombong karena bermacam-macam faktor, diantaranya kekayaan, penampilan fisik, status pendidikan atau jabatan.

Rasul Paulus menegur umat di Korintus karena telah sombong setelah menjadi Kristen. Setelah dibaptis, mereka menjadi kaya dalam segala hal dan mendapatkan berbagai macam karunia Roh juga kesejahteraan.

Mereka mulai menganggap gurunya, yaitu Rasul Paulus bukan siapa-siapa lagi. Mereka bahkan menganggap Paulus tidak pantas menjadi guru karena tidak pandai bicara, miskin dan sering mengalami penderitaan.

Paulus mengingatkan agar mereka tetap rendah hati.

Paulus meminta agar jemaat mengikuti cara hidupnya dengan merendahkan diri serendah-rendahnya sama seperti yang diteladankan sendiri oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Paulus menganggap bahwa tugas sebagai rasul itu:

  • Rendahan
  • Bodoh
  • Lemah dan hina
  • Hidupnya susah, tak punya rumah (mengembara)
  • Penuh penderitaan (sering dianiaya dan dipenjara)
  • Sama seperti sampah

Kesombongan juga bisa kita lihat dalam bacaan injil, orang-orang Farisi yang merasa diri paling taat dalam melaksanakan Taurat lantas mengkritik atau menegur Tuhan Yesus karena para murid-Nya melakukan sesuatu yang dilarang oleh Hari Sabat.

Mereka memetik bulir gandum, memakannya, serta menggisarnya (menggosok) dengan tangannya dan ini kategori pekerjaan yang dilarang pada Hari Sabat.

Tuhan Yesus meluruskan pemahaman orang-orang Farisi itu dengan menggunakan kisah Raja Daud saat melanggar aturan makan roti yang ada di dalam “Rumah Allah” (hanya boleh dimakan oleh para imam) dengan alasan kemanusiaan.

Tuhan Yesus mengizinkan para murid-Nya untuk melakukan pekerjaan yang dilarang oleh Hari Sabat dalam hal “kondisi darurat” yang memaksa, menolong orang atau berbuat baik, kemanusiaan, serta melayani Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh Raja Daud kepada pasukannya.

“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Demikian tegasnya untuk menunjukkan bahwa oleh keilahian-Nya, Ia punya kuasa untuk itu.

Pesan hari ini

Sebagai katolik, harus mampu meneladani sikap hidup Kristus yang mau mengambil peran sebagai “Orang hina”.

Merendahkan diri bukan berarti “bukan siapa-siapa” dan tidak berkualitas, namun itulah sikap hidup kristiani.

“Kerendahan hati terbaca dalam sikap dan terasa lewat ketulusan. Sebaliknya, kata-kata tidak cukup lebar untuk mampu membungkus rapi sifat angkuhmu.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version