Home BERITA Bukit Bibi

Bukit Bibi

0
Fenomena alam awan Wedhus Gembel di Gunung Merapi by Yogya.com

Puncta 21.10.22
Jumat Biasa XXIX
Lukas 12: 54-59

DALAM acara retret para imam, ada satu sessi yang disebut “Dessert Day” atau hari padang gurun.

Para peserta diminta untuk meninggalkan tempat retret dan pergi menyendiri di suatu tempat yang sunyi.

Seperti para rahib atau rubiah yang hidup menyendiri di padang gurun, kami diajak menghayati “alone with God.”

Seharian itu para retretan diminta meninggalkan segala kegiatan, tugas, agenda dan karya-karya rutin harian. Hanya menyendiri dan berdialog dengan Tuhan di tempat yang sepi.

Ada beberapa destinasi yang ditawarkan: Gua Maria Marganingsih, Giri Wening, Sriningsih dan juga hutan di Girpasang, Kemalang, Klaten.

Girpasang adalah daerah lereng Merapi sisi timur. Gunung Merapi yang masih aktif sering mengeluarkan awan panas. Tetapi warga di sisi Timur Gunung; Klaten dan Boyolali merasa aman dari guguran “wedhus gembel.

Ada sebuah bukit yang namanya Bukit Bibi. Bukit itu menjadi benteng pertahanan dari luncuran lava atau debu vulkanik.

Para warga tahu kalau Merapi akan meletus, pasti ada tanda-tanda alam; gempa, suara gemuruh, awan panas yang sering meluncur dan turunnya binatang-binatang dari arah puncak.

Tetapi mereka punya kepercayaan Bukit Bibi melindungi warga di daerah Girpasang dan sekitarnya. Jika ada tanda-tanda alam mereka berdoa memohon kepada Bibi yang ada di atas agar menjauhkan segala marabahaya.

Besuk hari Sabtu para warga Girpasang akan mengadakan syukuran dengan menggelar pertunjukan wayang kulit.

Syukuran itu ditujukan kepada Bukit Bibi yang selama ini melindungi warga dari bencana-bencana alam.

Dengan menunjuk tanda-tanda alam, Yesus mengajak orang-orang untuk menilai zaman ini. “Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, akan datang hujan. Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, hari akan panas terik. Dan hal itu memang terjadi.”

Yesus lalu mengingatkan, “Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?”

Alam adalah saudara kita. Mereka disebut “Keblat papat lima pancer.” Yang disebut keblat papat adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Lima pancer adalah diri manusia sendiri. Mereka itu juga disebut “sedulur papat lima pancer.

Alam semesta seperti bumi/tanah, air, api dan angin harus dirawat, diruwat dan diberi hormat. Mereka berbicara pada kita melalui tanda-tanda. Warga di lereng Merapi yang dekat dengan alam sangat peka akan tanda-tanda itu.

Dengan tanda-tanda itu mereka merasa dilindungi dan dijauhkan dari bahaya dan bencana. Kita harus menjaga dan menghormati saudara empat yakni bumi, tanah, air, api dan angin.

Dengan begitu, mereka juga akan menjaga dan melindungi kita. Marilah kita peka dan teliti melihat tanda-tanda zaman sekarang ini.

Merangkak pelan ke Bukit Bibi,
Pemandangan di bawah indah sekali.
Jika alam kita jaga dan hormati,
Mereka juga akan melindungi.

Cawas, peka membaca tanda zaman…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version