MARI kita mulai dengan arti kata “nexus” terlebih dahulu. Dalam bahasa Indonesia, kosa kata bahasa Inggris ini berarti keterhubungan atau koneksitas antara satu-dua hal dengan yang lain.
Mengumpulkan berbagai ulasan gagasan dalam bentuk analisis dan refleksi sosial inilah yang kemudian terangkum dalam satu terminologi bernama nexus. Kalau kemudian buku baru ini diberi judul Moral Nexus, maka konteksnya menjadi jelas. Yakni, buku baru besutan Penerbit Kompas (2022) ini memuat artikel-artikel opini bernuansa analisis dan refleksi sosial.
Ditulis oleh Romo Prof Willam Chang OFMCap, imam Ordo Fransiskan Kapusin Provinsi Pontianak – kini Vikjen Keuskupan Agung Pontianak.
Selama 20 tahun terakhir lamanya, Romo Willam imam aktif mengisi Rubrik Opini Harian Kompas versi cetak dengan berbagai artikel opini. Semuanya bernuansa analisis dan refleksi sosial dan oleh Penerbit Kompas, kumpulan artikelnya kemudian diterbitkan dalam bentuk buku.
Sesuai konteks bahasannya, maka buku baru ini lalu mendapat judul menarik: Moral Nexus yang kira-kira pemaknaannya berbunyi isu-isu moralitas berkaitan dengan banyak hal dan itu saling terkait satu sama lain.
Dan itulah yang dikerjakan oleh Romo William Chang OFMCap, Ketua Sekolah Tinggi Teologi (STT) Pastor Bonus Pontianak.
Tata kelola pemerintahan NKRI
Kepada Sesawi.Net, Romo William Chang OFMCap memberi sedikit gambaran mengenai isi buku barunya ini. Menurut dia, dalam kurun waktu selama 20 tahun itu, berbagai isu moralitas berkaitan dengan tata kelola pemerintahan layak dicermati.
Tentu saja di situ termasuk isu-isu mengenai tata kelola bermasyarakat dan bernegara dalam konteks mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Terdorong oleh sensitivitas, kepedulian, keprihatinan sekaligus juga optimisme terhadap kemajuan NKRI inilah, saya termotivasi menggulirkan gagasan berupa analisis-analisis dan refleksi sosial terhadap isu-isu moralitas dalam kaitannya dengan perspektif hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Romo William Chang OFMCap, Sabtu siang 17 Desember 2022.
Dalam buku Moral Nexus ini, Romo William Chang OFM mengisinya dengan 90 artikel ilmiahnya. “Semuanya bersinggungan dengan realitas kongkret yang ada dan terjadi di republik kita tercinta ini,” jelasnya.
Solusi aplikatif dan langkah preventi di masa depan
Yang namanya refleksi memang selalu dilakukan dengan “menoleh ke belakang”. Namun, justru di buku Moral Nexus ini, Romo William Chang OFMCap menyikapi isu-isu moralitas dalam hidup berbangsa dan bernegara itu tidak hanya berangkat dari “yang dulu terjadi”.
Lebih dari itu, juga memberi solusi aplikatif dan langkah-langkah preventif di masa depan.
Dengan demikian Moral Nexus ini tidak semata-mata sekadar catatan reflektif atas “masa lalu”. Namun, sesuai apa yang dikerjakan oleh penulisnya, maka Romo William Chang OFMCap berusaha menemukan di antara celah-celah pembangunan fisik yang sedang dikerjakan oleh pemerintah adanya banyak rangkaian asa cerah di masa depan.
“Tanggapan konkret atas keadaan sosial yang terjadi di bangsa dan negara kita kiranya sangat tercermin di dalam rangkain tulisan di dalam buku Moral Nexus ini,” jelas Romo Williang Chang OFMCap.
Tidak mudah kelola pemerintahan
Romo William Chang OFMCap sangat menyadari fakta bahwa mengelola jalannya pemerintahan itu -di mana pun juga- sungguh tidak gampang. Juga tidak semudah seperti yang dibayangkan banyak orang, misalnya, pemimpin cukup kasih perintah kepada segenap anak-buahnya dan kemudian semua akan melaksanakannya.
Nyatanya kesan subjektif seperti itu tidak terjadi. Belum tentu juga apa yang benar-benar mau dikehendaki dan lalu diperintahkan oleh pemimpin bangsa kepada segenap anak buahnya itu akan sungguh terjadi demikian di lapangan.
Selalu saja bisa terjadi “penyimpangan” atau ketidaksinkronan antara harapan pemimpin tertinggi dengan kenyataan di masyarakat. Antara ekspektasi dan fakta lapangan sering kali tidak sinkron.
Karena itu, demikian keyakinan Romo William Chang OFMCap sebagai tertuang di dalam buku baru ini, siapa pun yang diberi mandat kepercayaan dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan negara ini sangat penting menyadari peran “moral nexus” dalam sistem pemerintahan.
Itu artinya apa?
Menurut Romo William Chang OFMCap, setiap kebijakan berupa keputusan-keputusan pemerintah yang nantinya berimplikasi pada tatanan sosial kemasyarakatan sudah semestinya selalu perlu dikaji dengan bijaksana dan mendalam.
Mengapa demikian?
Karena keputusan-keputusan itu akan selalu terkait dengan semua pihak yang menjadi “anggota” di dalam negara super majemuk ini. Dengan demikian, kondisi objektif ini mendatangkan imperatif moral. Yakni, agar kemampuan interpretasi tentang dimensi sosial-moral itu perlu diasah terus.
Perkataan seorang pemimpin bangsa dan tindakan apa pun yang dia lakukan akan selalu tetap memiliki dampak moral yang perlu ditimbang-timbang dengan arif bijaksana.
Kesadaran akan moral nexus ini tampak dalam kepedulian pemimpin bangsa dan tanggungjawabnya terhadap sesama warga negara, lingkungan hidup, dan semua hal yang ada di seluruh tanahair.
Kesejahteraan umum
Kelalaian pengatur negara sungguh perlu dikritisi dan diperbaiki secepatnya. Yang didahulukan di dalam pengelolaan pemerintahan adalah demi tercapainya kondisi kesejahteraan umum (bonum commune). Sungguh, ini sama sekali bukan demi menguntungkan kepentingan pribadi dan apalagi kebutuhan kelompok internalnya yang kadang-kadang bisa terselubung “tersembunyi” di dalam pelbagai bentuk kebijakan.
Kelemahan sistem kontrol pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah akan menjadi penghalang dalam menyadari moral nexus dalam hidup sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan keamanan.
Keadilan untuk semua warga negara
Keberanian aparat untuk menegakkan keadilan sangat mendesak. Mengapa penegakan hukum yang adil ini perlu selalu dikumandangkan di negeri kita tercinta ini?
Jawabannya cukup mudah. Karena “pedang keadilan” sering kali hanya tajam “ke bawah”, namun selalu saja tumpul ketika harus menusuk “ke atas”.
Kongkretnya, kita semua pasti prihatin melihat fakta yang masih saja terjadi di republic ini. Yakni, vonis hakim di pengadilan sering kali dikomersialkan. Keadilan hukum yang mestinya tidak boleh pandang bulu, namun dalam praktiknya justru diperjual-belikan.
Hukum masih pilih kasih. Karena itu, Romo William Chang OFMCap dalam buku Moral Nexus (2022) ini sangat tegas berpendapat, sebuah reformasi besar-besaran dalam dunia hukum positif kiranya sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi.
“Sistem dan mekanisme penegakan keadilan harus dirombak dan senantiasa terus dibenahi. Semua ini demi bisa terwujudnya kondisi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana jelas diamanatkan oleh sila kelima Pancasila,” tegas Romo William Chang OFM menjawab Sesawi.Net.
Sumbangan buku ini
Lahirnya buku baru akan selalu disertai ekspektasi; kira-kira apa yang bisa disumbangkan buku baru tersebut kepada kita – masyarakat pembacanya.
Menjawab ekspektasi itu, Romo William Chang OFMCap mengatakan, sumbangan utama buku Moral Nexus ini antara lain terletak pada analisis kritis dan konstruktif secara menyeluruh atas kehidupan berbangsa dan bernegara yang multidimensi.
Artikel-artikel yang tersaji dalam buku Moral Nexus itu mendatangkan cahaya dan optimisme bagi budi dan hati bangsa Indonesia. Untuk masa sekarang dan juga di masa depan.
Pandangan-pandangan kontemporer dalam era digital ini akan membuka dan memperlebar cakrawala pembaca setiap saat. Perwujudan sebuah bangsa yang kuat mengandaikan pemantapan jejaring kerjasama yang baik antar banyak anasir di tanahair.
“Sebutir pasir dan setetes air pun akan mampu memberi sumbangan besar bagi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia,” tulis kiasan Romo William Chang OFMCap
Selamat menikmati artikel-artikel di dalam buku baru bertitel Moral Nexus ini.
Disertai dengan harapan agar semakin terbangun jaringan “moral nexus” yang kian meneguhkan Indonesia sebagai tanahair kita tercinta ini.