Buluh yang Terkulai

0
Ilustrasi: Pohon bambu. (Ist)

Sabtu, 20 Juli 2024

Mi. 2:1-5.
Mzm. 10:1-2.3-4.7-8.14.
Mat. 12:14-21.

DALAM hidup pasti ada masa di mana kita merasakan kegagalan. Kegagalan itu mungkin akan membuat kita menyerah dan tidak ingin melakukan apapun. Tidak heran, jika orang yang telah mengalami kegagalan akan merasakan kesedihan yang mendalam dan cenderung mengalami stres maupun depresi.

Setiap impian dan tujuan hidup yang ingin kita raih perlu proses dan perjuangan. Dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan tidaklah instan. Ada proses panjang yang harus kamu lewati.

Sebagai manusia yang menjalani sebuah proses kehidupan, kita dianjurkan agar tidak menyerah. Sebab, bisa jadi harapan dan cita-cita sudah di depan mata asalkan kita tidak menyerah. Namun sayangnya, terkadang kita malah memilih untuk menyerah. Rasa menyerah ini akan lebih mudah menghantui ketika sudah ada permasalahan yang mendera dalam hidup.

Perlu disadari dalam menjalani kehidupan memang banyak hambatan dan ujian. Namun, semua itu telah Tuhan menakar sesuai kadar kemampuan kita. Untuk itu, kamu harus tetap yakin, fokus, dan pantang menyerah hingga mencapai hasil yang diinginkan.

“Saya bisa bertahan hidup karena kemurahan Tuhan,” syering seorang bapak.

“Meskipun hidup dalam keterbatasan, saya selalu punya semangat untuk maju. Saya tidak membiarkan semua keterbatasan dan kekuarangan mematikan impianku. Yang bisa aku lakukan adalah memperjuangkan hidup ini dengan semangat dan optimisme.

Saya selalu percaya bahwa suatu hari nanti saya akan mewujudkan impian besar untuk membawa perubahan positif bagi hidupku dan lingkunganku. Hingga suatu hari saya bertemu dengan orang yang mau mempekerjakan saya di kantor nya. Dari hasil jerih payah itu saya bisa membiayai sekolah anak hingga mereka lulus dsn bisa bekerja,” ujarnya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.”

Buluh adalah sejenis tumbuhan seperti alang-alang yang tumbuh liar yang sangat umum di sepanjang tepi sungai di Israel, tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas dan berongga. Buluh yang patah sangatlah lumrah bila dibuang orang, karena selain tidak ada harganya, juga tidak memiliki nilai guna.

Sumbu adalah benang (kapas dan sejenisnya) yang berfungsi sebagai jalan peresapan minyak ke bagian yang disulut.

Bila sumbu sudah pudar nyalanya, sebentar lagi pasti akan mati dan padam.

Buluh yang terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya adalah gambaran tentang orang-orang yang hidup dalam kegagalan, orang-orang yang kecewa, orang-orang yang frustasi. Jika melihat orang-orang yang demikian, respon kebanyakan orang biasanya berusaha untuk menjauhi, meremehkan, mengucilkan, menghakimi, dan mendiskreditkan.

Tetapi perhatikan apa yang Tuhan Yesus perbuat terhadap mereka, Tuhan tidak akan memutuskan buluh itu dan tidak akan memadamkan sumbu yang nyalanya tinggal sedikit.

Tuhan memberikan perintah kepada kita untuk mengasihi mereka dan memberikan perhatian yang lebih kepada mereka, sebab bila kita menjauhi mereka, hal itu justru akan membuat mereka semakin terpuruk, tertekan dan frustasi, karena merasa hidupnya tidak lagi berarti.

Memang kita harus membenci segala bentuk dosa, tetapi bukan membenci orangnya. Sedapat mungkin kita harus membawa mereka kembali kepada pertobatan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menjaga semangat hidup meski sitausi yang menimpa hidupku sangat berat?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version