Home BERITA Bunda Maria Berkebaya Putih di Taman Doa “Maria Bunda Segala Suku” di...

Bunda Maria Berkebaya Putih di Taman Doa “Maria Bunda Segala Suku” di Malang

0
Taman Doa "Bunda Maria Segala Suku" di halaman kompleks Seminari Interdiosesan "San Giovanni XXIII" Malang. (Laurensius Suryono)

SEBUAH tempat baru untuk peziarahan umat Katolik di Kota Malang bertambah lagi. Kini sudah ada Taman Doa Maria Bunda Segala Suku yang berada di halaman depan Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIII”.

Taman ini baru saja diberkati oleh Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm, Kamis tanggal 25 Agustus 2022.

Bunda Maria berkebaya putih

Patung Bunda Maria tampil cantik; berbusana kebaya yang merupakan pakaian tradisional untuk kaum perempuan dari hampir semua suku di Indonesia.

Namun, kali ini warna kebayanya putih. Berkerudung merah, dan mengenakan jarik Nusantara melambangkan keanekaragaman suku di Indonesia.

Posisinya tepat di depan Kapel Seminari Tinggi.

Pada bagian belakang taman doa ada dinding-dinding tembok terpisah sejumlah dua belas melambangkan jumlah para rasul.

Setiap dinding tembok bertuliskan Doa Salam Maria dalam 12 bahasa daerah berbeda: Jawa, Madura, Bali, Flores, Toraya, dan Dayak dan sebagainya.

Taman Doa “Bunda Maria Segala Suku” di halaman kompleks Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIII” Malang akhirnya diberkati Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm, (Laurensius Suryono)
Penampakan Taman Doa “Bunda Maria Segala Suku” di halaman kompleks Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XIII” Malang yang baru saja diberkati uskup, akhir Agustus 2022.

Di halaman depan taman ada pelataran yang dapat menampung antara 50-100 orang peziarah, belum ada alas tikar sebagai sarana untuk duduk lesehan ataupun berlutut.

Tapi sudah tersedia bangku-bangku panjang di mana para peziarah dapat duduk seraya memanjatkan doa serta memohonkan doa kepada Bunda Maria.

Sumur Suci

Di sebelah kiri taman terdapat sumur baru lengkap dengan timba, dari kertas selebaran yang beredar disebutkan sebagai Sumur Suci.

Dari sumber yang lain yakni seri MCI tertulis: “Maria, bukan hanya Bunda Gereja atau Bunda Segala Bangsa. Tetapi juga Bunda Segala Suku, termasuk suku-suku yang ada di Nusantara ini.”

Umat beriman Kristiani dari setiap suku menyapa Maria sebagai bunda mereka. Dengan caranya yang khusus dan khas, masing-masing suku mengungkapkan devosi mereka kepada Maria, Ibu Yesus.

Pemberkatan taman doa ini dilengkapi dengan penandatanganan prasasti oleh Bapak Uskup. Juga pemukulan gong sebagai tanda peresmian bahwa taman doa dapat kita gunakan bersama untuk berdoa bersama Bunda Maria.

Ketika memberkati Taman Doa ini Bapak Uskup didampingi oleh Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIII” Romo Gregorius Tri Wardoyo CM dan Prefek Komunitas Seminari Tinggi Romo Fransiskus Aryo Diwanto Pr.

Serta disaksikan oleh para imam yang tinggal dan bertugas di Seminari dan para frater mahasiswa yang tinggal di Seminari Tinggi Interdiosesan dari 10 keuskupan, serta para tamu undangan.

Satu jam sebelumnya, Bapak Uskup mempersembahkan Perayaan Ekaristi di Kapel Seminari Tinggi dengan ujud misa Membuka Tahun Ajaran Baru serta Pemberkatan Taman Doa Bunda Maria Segala Suku.

Dalam kata pengantar, uskup menyampaikan harapannya.

“Kita mohon semoga Roh Kudus membimbing para frater dalam menjalani masa pembinaan diri baik secara rohani di tempat ini tapi juga dalam hal  akademik di STFT Widya Sasana Malang.”

  • Semoga semua berjalan dengan lancar dan pandemi segera berakhir sehingga proses belajar dan mengajar dapat normal kembali.
  • Semoga taman doa ini bisa menjadi tempat di mana orang bisa berdoa dimana orang bisa menempatkan segala kecemasan kekhawatiran kepada Bunda Maria dan mohon pertolongan bunda Maria supaya mendoakan mereka yang datang kepadanya”.
Penampakan dalam Taman Doa “Bunda Maria Segala Suku” di kompleks Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XIII” Malang. (Laurensius Suryono)

Lagu-lagu ordinarium maupun lagu-lagu misa lainnya bernuansa lagu daerah dari Kalimantan yang dinyanyikan oleh para frater Seminari Tinggi, termasuk aransemen dan alat musik yang mengiringinya.

Demikian pula ketika tiba waktunya untuk membacakan doa umat para frater mengenakan pakaian adat yang berbeda dan dalam bahasa daerah yang berbeda-beda. Antara lain dari bahasa Bali, Jawa, Flores, Toraja, dan Dayak Kanayan.  

Kesemuanya itu hendak mencerminkan bahwa Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIII” Malang terbuka sebagai tempat persemaian calon imam dari segala suku bangsa di Indonesia.

Kredit foto: Laurensius Suryono.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version