Punca 30 Agustus 2024
Jum’at Biasa XXI
Matius 25: 1-13
DALAM adegan perang kembang, bertemulah antara raksasa yakni Buta Cakil dan Raden Arjuna. Cakil itu banyak bicaranya, nyerocos tak henti-henti, sok pinter, suka menyombongkan diri, suka merendahkan orang lain. Dia juga bertingkah polah “pethakilan” banyak tingkah seperti paling hebat sendiri.
Sedangkan Arjuna lebih banyak diam, tutur katanya ditata dengan runtut dan berhati-hati. Dia berdiri dengan tenang dan tidak bertingkah polah yang keterlaluan. Arjuna menunjukkan pribadi yang matang dan bijaksana.
Dalam pertempuran itu, Arjunalah yang memenangkannya. Ia tidak banyak bicara, dan bertingkah polah. Tindakan dan tutur katanya dikendalikan dengan seksama, terukur dan terarah pada sasarannya atau “mrantasi”.
Dalam Injil, Yesus memberi perumpamaan tentang gadis bodoh dan gadis bijaksana. “Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.”
Dalam kehidupan ini kita diajak untuk bersikap bijaksana. Pandai atau pinter secara intelektual saja tidak cukup. Orang perlu memiliki kebijaksanaan moral yang kuat agar bisa mengatasi berbagai macam masalah dan kesulitan dengan baik.
Seperti tokoh Arjuna berhadapan dengan Cakil, orang bijak tidak menyombongkan kemampuannya, ia justru merendahkan diri tanpa banyak pamer kekuatan. Ia hemat dengan kata-kata, tidak mengobral sampai berbuih-buih di mulutnya.
Orang bijak tidak hanya pakai logika berpikir, tetapi juga memakai perasaan dan intuisi hatinya. Gadis yang bijak itu tidak hanya bawa pelita, tetapi juga bawa minyak dalam buli-buli.
Ia memakai intuisinya kalau-kalau pengantin terlambat, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.Gadis bijak itu mempertimbangkan berbagai sudut sebelum memutuskan sesuatu.
Marilah kita hidup dengan bijaksana. Tepa selira dalam bertindak, sedikit bicara tetapi banyak berbuat demi kebaikan sesama. Dengan sikap bijaksana kita berjaga-jaga menyiapkan bekal untuk kedatangan Tuhan.
Pergi ke toko menjajal kacamata,
Mau cari yang bentuknya beda.
Hidup tidak hanya mencari kaya,
Namun harus berhati bijaksana.
Wonogiri, jadilah orang bijaksana
Rm. A. Joko Purwanto, Pr