KONTEKS Injil hari ini (Lukas 9:43-45) adalah pewahyuan Yesus tentang diri-Nya. Hal itu Yesus katakan setelah dua peristiwa besar. Pertama, Yesus dimuliakan di atas gunung (Lukas 9:28-36) dan Yesus mengusir roh jahat (Lukas 9: 37-43a). Keduanya membuat banyak orang heran (Lukas 9: 43b).
Pada saat itulah Yesus bersabda, “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia’ (Lukas 9:44). Ini kedua kalinya Yesus mengatakan hal itu.
Ketika Yesus mengatakan hal itu pertama kali, Petrus menegur Dia (Matius 16:22). Maka Yesus memarahi Petrus dan menyebutnya Setan (Matius 16:23). Petrus tidak mendengarkan dengan baik sabda Yesus. Dia lebih mendengarkan pikirannya sendiri daripada kata-kata Yesus.
Karena itu, hari ini Yesus mengulangi perkataan-Nya dan menegaskan agar mereka mendengarkan dengan baik. Yesus mengatakan bahwa Dia memang harus menderita sengsara dan wafat, lalu bangkit pada hari ketiga.
Orang-orang Yahudi memang menyalibkan Yesus. Namun itu bukan tanda bahwa Yesus kalah terhadap kejahatan manusia. Kuasa-Nya mengadakan mukjizat tetap ada walau orang membunuh-Nya. Mukjizat dan wafat-Nya tidak bertentangan satu sama lain.
Mengapa demikian? Karena penderitaan dan wafat-Nya itu adalah jalan menuju kemuliaan-Nya (Yohanes 17:1). Tidak ada kemuliaan tanpa kesengsaraan (Matius 17:9). Para murid mesti mendengarkan dan mencamkan hal itu dalam hati mereka.
Banyak dari mereka itu tidak mengerti kata-kata Yesus itu, karena artinya tersembunyi bagi mereka (Lukas 9:45). Sayangnya, mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada Yesus (Lukas 9:45). Betapa sulit memahami jalan Yesus itu.
Apakah selama ini kita mendengarkan sabda Yesus dengan baik? Apakah kita mau mengikuti Yesus dalam jalan sengsara dan wafat-Nya untuk menuju kebangkitan? Apakah kita percaya bahwa tanpa sengsara dan penderitaan orang tidak mencapai hidup baru?
Sabtu, 28 September 2024
HWDSF