“WALAU Anda tahu mau kemana, namun bila Anda tidak tahu ada di mana, maka Anda tidak kemana-mana,” tulis Krisnamurti.
Itulah slogan Krisnamurti, motivator, di banner berukuran besar dengan latar belakang ikon khas Kota Palembang, Jembatan Ampera. Ia menjadi narasumber pelatihan motivasi ini.
Jangan ketinggalan
Temanya adalah tentang kiat melayani peserta didik sesuai zamannya. Karena itu, pendidik dan tenaga kependidikan perlu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman dengan terus mengembangkan kompetensinya agar tidak sehingga ketinggalan.
Hal itu disampaikanKetua Koordinasi SMA-SMK Xaverius Kota Palembang, Drs N Suseno, mengawali kegiatan motivasi segenap guru dan karyawan dari beberapa sekolah. Yakni, dari SMA Xaverius 1, SMA Xaverius 2, SMA Xaverius 3, SMA Xaverius 4, dan SMK Xaverius.
Acara ini berlangsung di Hall Xaverius Centrum Studiorum, 20-21 Juli 2018. Pelatihan motivasi bersama Krisnamurti ini dirangkai dalam beberapa hari.
- Hari pertama (Jumat, 21/7) bagi 186 guru, sejak pagi hingga sore hari dalam empat sesi.
- Hari kedua (Sabtu, 22/7) bagi karyawan (72 orang) dari lima unit sekolah, juga dalam empat sesi.
Tidak terbawa arus
Romo Dominggus Koro, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Xaverius Palembang, dalam sambutannya mengatakan, yayasan dan sekolah-sekolah Xaverius memiliki tujuan ingin mencerdaskan bangsa dengan membina orang muda.
Pembinaan atau pendidikan kaum muda sangat ditentukan oleh guru atau pendidik. Guru bertanggungjawab dalam proses pendampingan orang muda.
Guru hendaknya mengikuti arus zaman, namun jangan sampai terbawa arus zaman. Guru tetap harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai dan karakter. Peran guru yang tidak boleh dilupakan adalah menjadikan peserta didik sebagai manusia yang bermartabat dan berintegritas sehingga tidak tergerus oleh era digital.
Hidup sederhana
“Hidup itu sederhana dan sederhanakan hidup,” kata Krisnamurti di hadapan para guru.
Ia menceritakan pengalamannya, setiap kali pergi ke mana pun, termasuk ke luar negeri, ia tak lupa hanya membawa sebuah tas kecil.
“Ketika hendak mengikuti seminar dan pelatihan di Amerika selama 10 hari, saya hanya membawa sebuah tas kecil. Isi tas pun tidak banyak. Hal ini membuat petugas imigrasi di Amerika lalu menginterogasi saya. Mereka tidak percaya kalau saya ke Amerika selama 10 hari itu hanya membawa sebuah tas kecil berwarna biru-hitam dan ini saya tunjukkan kepada Anda di sini,” kata Krisnamurti.
“Saya menghayati semangat Fransiskan yakni hidup sederhana,” katanya lagi.
Krisnamurti membawakan materi bertemakan “pendidik dan tenaga kependidikan di era millenial yang berkompetensi dan berkarakter.”
Tidak ketinggalan di hadapan para guru, ia juga menyampaikan kiat, strategi dan daya gerak agar seorang guru memiliki kompetensi berkaitan dengan peserta didik di era millenial ini. “Cara mengungkapkan pesan lebih penting daripada pesannya.”
Inilah salah satu ungkapan populer yang diolah dan didalami oleh Krisnamurti dalam proses pelatihan ini melalui dinamika.
Perilaku berubah karena teknologi
Teknologi mengubah perilaku manusia. Perilaku tukang ojek sudah berubah, karena efek aplikasi digital. Mereka dituntut berubah karena dikejar oleh poin.
Ia menguasai materi paparan yang kadang berbentuk perumpamaan, game (permainan ringan), ulasan berdasarkan riset. Semua itu dia ulas berkaitan dengan mengolah state, intervensi sebagai media edukasi, dan kreativitas konten dan konteks.
Siap berubah
Kepala SMA Xaverius 4, Drs N Suseno, berharap berkat pelatihan motivasi ini para guru karyawan memiliki etos keguruan atau etos kerja tinggi dan menjadi bangga terhadap profesinya. Lebih dari itu, para guru karyawan diharapkan juga mulai mempunyai rasa memiliki lembaga tempatnya berkarya dengan totalitas karya dan pelayanan.
Para guru dan karyawan hendaknya siap memperbaharui diri dan berubah. Ini perlu agar peserta didik mampu menjadi siswa yang cerdas, pintar, dan berkarakter. Demikian harap Suseno.