DENGAN caranya sendiri, Romo Stephanus Budi Prayitno berinisiatif ikut mempopulerkan ensiklik Paus Fransiskus yang kini menjadi perbincangan banyak khalayak: Laudato Si.
Kepada Sesawi.Net beberapa pekan lalu, imam diosesan Keuskupan Purwokerto (KP) ini berujar bahwa isu global tentang perubahan iklim dan segala dampak negatifnya itu sudah semestinya harus menjadi perhatiannya semua pihak. “Termasuk orang-orang biasa kebanyakan yang hidup di kawasan pedesaan seperti para petani, peladang, nelayan, buruh, dan orang-orang desa pada umumnya,” terang Direktur Lembaga Karito KP ini.
Gagasan besar ini sejatinya sering dia sampaikan ke beberapa pihak seperti mitra kerjanya di berbagai kesempatan. “Namun, pada saat itu yang terjadi mereka kurang memberi perhatian pada isu besar ini. Ibaratnya belum ngeh begitu,” terang alumnus Seminari Mertoyudan tahun masuk 1974 ini.
Barulah setelah Laudato Si dirilis oleh Vatikan, banyak orang mulai menyadari bahwa isu global berupa perubahan iklim itu memang berdampak sangat luas pada keseharian hidup orang-orang biasa di pedesaan.
Cara mudah ‘membaca’ Laudato Si
Untuk membantu sosialiasi Laudato Si –ensiklik karya Paus Fransiskus– Romo Budi menyiapkan materi paparan visual dalam bentuk power point dengan memakai bahasa Indonesia. Ketika paparan visual ini menyebar melalui aplikasi SlideShare, banyak pihak meresponnya secara positif. “Setidaknya, orang bisa memahami dengan lebih mudah garis pemikiran Laudato Si,” kata seorang pembaca Sesawi.Net.
Paparan visual Laudato Si dibuat Romo Budi bisa diakses di alamat ini: http://www.slideshare.net/budhipr/persiapan-membaca-laudato-si?utm_source=slideshow&utm_medium=ssemail&utm_campaign=upload_digest
Juga ada di http://www.slideshare.net/budhipr/meneladan-maria-dan-yosep?related=1
Lainnya adalah http://www.slideshare.net/budhipr/bumi-makin-panas-54112124?related=1
Paparan dalam format power point dan disebarkan ke public melalui aplikasi SlideShare ini dimulai dengan ajakan untuk menyiapkan ‘hati dan budi’ untuk bisa memahami semangat yang termaktub dalam Ensiklik Laudato Si.
Barulah di paparan berikutnya, Romo Budi menyampaikan definisi singkat tentang apa itu istilah perubahan iklim yang kini telah menjadi isu global dan berbagai dampak pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Termasuk beberapa bencana alam yang ikut melanda Indonesia sebagai dampak negatif atas terjadinya fenomena perubahan iklim yang melanda dunia.
Dengan paparan ini, Romo Budi berharap bisa menangkap dengan lebih mudah ‘alur pikir’ Ensiklik Laudato Si yang dibuat oleh Paus Fransiskus ini. Barulah setelah alur pikir ini dipahami, umat katolik diimbau mengikuti ‘suara hati’ Gereja Katolik sebagaimana disuarakan oleh Paus Fransiskus.
Untuk itu, Romo Budi mengajak pembaca untuk memahami arti kata “Laudato Si” dan latar belakang spiritualitas Santo Fransiskus yang melatarbelakanginya. Tak kalah pentingnya adalah latar belakang teologis sebagaimana terpapar dalam Kisah Penciptaan dalam Kitab Kejadian. Juga, ajakan memperlakukan Bumi sebagai “rumah bersama” secara baik dan bijak demi keberlangsungan rumah bersama umat manusia ini.
Menjawab Sesawi.Net, perihal motivasinya menerbitkan “cara membaca” Laudato Si dalam format paparan power point secara virtual ini, Romo St. Budi Prayitno dengan jelas mengatakan, “Tujuannya tidak lain agar masyarakat makin tangguh, tanggap, tanggon dan berdaya menghadapi semua dampak perubahan iklim,” jelasnya.