Home BERITA Belarasa Caritas Indonesia KWI Lucurkan Program Lanjutan Pemulihan Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Caritas Indonesia KWI Lucurkan Program Lanjutan Pemulihan Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

0
Caritas Indonesia bersama Caritas Larantuka dan Caritas Maumere meluncurkan Program Lanjutan Respon Kebencanaan pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT. (Caritas Indonesia)

CARITAS Indonesia bersama mitra lokalnya yakni Caritas Larantuka dan Caritas Maumere meluncurkan Program Lanjutan Pemulihan (Rehab-Rekon) pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di UNIO Patris Corde, Keuskupan Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur, 28 Januari 2025. Program ini merupakan kelanjutan dari respon yang dilakukan jaringan Caritas Indonesia pada masa tanggap darurat bencana yang lalu.

Pada kesempatan ini, Uskup Keuskupan Larantuka Mgr. Fransiskus Kopong Kung menyatakan rasa syukur atas tanggapan cepat untuk menangani situasi kebencanaan yang baru saja terjadi. Ini menunjukkan bahwa pengalaman selama ini, semakin mematangkan semua pihak, sehingga semakin memiliki kepekaan untuk cepat menanggapi situasi kebencanaan.

Hal ini terlihat dari gerak cepat paroki-paroki untuk turut membantu dalam penanganan kebencanaan. Umat dan masyarakat semakin memiliki kepedulian kepada sesama yang menderita. “Pengalaman-pengalaman kebencana ini sudah semakin mematangkan kita, membuat kita semakin peka terhadap situasi kehidupan kita bersama,” ujar Mgr. Frans Kopong.

Ketua Yayasan Caritas Indonesia KWI Mgr. Aloysius Sudarso SCJ dan Uskup Keuskupan Larantuka Mgr. Fransiskus Kopong Kung menghadiri acara jumpa pers di Larantuka. Caritas Indonesia pada kesempatan ini merilis program agenda kerja ke depan pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. (Caritas Indonesia)

Mgr. Fransiskus mengatakan, ini terutama adalah tugas pemerintah. Lembaga kemanusiaan termasuk Caritas sifatnya hanya mendukung pemerintah untuk karya kemanusiaan. Kerjasama ini semakin tertata dengan semakin baik.

“Terimakasih kepada Caritas Indonesia yang dengan sangat cepat merespon dan mendukung apa yang dilakukan Caritas Larantuka dan Caritas Maumere. Ini adalah dukungan sangat besar,” ujar Mgr. Fransiskus.

Selanjutnya, Mgr. Fransiskus mendorong kerjasama dan kolaborasi antara lembaga kemanusiaan. Dalam hal ini, terutama Caritas untuk bersinergi dengan pemerintah setempat. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih rencana dan realisasi rencana-rencana lanjutan untuk respon kebencanaan ini. “Apa pun rencana kita, tidak bisa tidak, tanpa koordinasi bisa saja saling tumpang tindih. Ketika dikoordinasikan dengan baik, banyak yang bisa saling mengisi,” ujarnya.

Karena kasih, maka ada tindakan berbagi

Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina-KWI, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ menyampaikan bahwa sebagaimana manusia, semua adalah satu kesatuan yang tinggal di bumi yang sama. Kehadiran Caritas Indonesia dalam respon kebencanaan Erupsi Gunung Lewotobi adalah sebagai pengutusan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Dalam respon kebencanaan ini, Mgr. Sudarso menyatakan, Caritas Indonesia menemani Caritas Larantuka dan Caritas Maumere dan bersama menjalankan respon kebencanaan ini. Hal ini adalah perwujudan kasih antara sesama manusia di mana harus saling mengsihi. Caritas berarti kasih. Karenanya, ia mengatakan, pelayanan Caritas juga keluar dari kasih itu.

“Kasih itu menggerakkan kita semua. Caritas urget nos. Cinta mendesak kita (untuk bergerak dan bertindak). Kita berterimakasih kepada para uskup, dan umat Katolik yang tersentuh untuk berbelarasa bagi masyarakat yang terdampak. Melalui Caritas Indonesia , maka muncullah bantuan dari seluruh Indonesia.

Caritas Indonesia KWI bersama mitra lokalnya yakni Caritas Larantuka dan Carita Maumere merilis program agenda kerja ke depan. (Caritas Indonesia)

Jaringan Caritas Indonesia

Dalam dialog bersama, Direktur Caritas Indonesia Romo Fredy Rante Taruk Pr menyampaikan, sebagai bagian dari Konfederasi Caritas Internationalis, maka Caritas Indonesia telah berusaha menerapkan protokol untuk bagaimana Gereja hadir dalam situasi darurat bagi yang membutuhkan uluran kasih. Bertindak dan bergerak demi mengangkat mereka yang terpuruk.

Saat ini, kata Romo Freddy, jaringan Caritas Indonesia telah memiliki dan mengembangkan SOP Tanggap Darurat. SOP ini semakin teruji, terutama dalam enam tahun terakhir. Misalnya saat terjadi Siklon Tropis Seroja, gempa di Mamuju, dan Gempa Cianjur. “Saat ini, kita menemukan bentuknya yang semakin baik,” ujar Romo Fredy.

Perkembangan ini juga didukung kesadaran yang semakin meningkat. Karena sejumlah keuskupan juga sudah memiliki SOP Tanggap Darurat sebagai sejalan dengan SOP Caritas Indonesia. Begitu diketahui skala kebencanaan erupsi Gunung Lewotobi masuk kategori bencana level nasional, maka Caritas Indonesia langsung turun tangan dan menggerakkan sumber daya dari seluruh jaringan Caritas Indonesia.

“Dalam waktu singkat, Caritas Indonesia bisa menggerakkan keuskupan-keuskupan, tarekat, kongregasi bahkan kelompok kategorial lain untuk hadir bersama,” ujar Romo Fredy.

Ilustrasi: Pada acara “Closing Program RR gempa Cianjur” Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk menekankan pentingnya perilaku masyarakat tangguh bencana. (Caritas Indonesia)

Kapasitas keuskupan untuk merespon bencana

Romo Fredy mengatakan, yang paling penting dalam penanganan kebencanaan adalah kapasitas keuskupan. Maka penting, di setiap keuskupan memiliki kapasitas yang cukup baik dalam penanganan kebencanaan. SOP adalah bagian penting dari koordinasi nasional yang berjalan seiring dengan program penguatan kapasitas.

Saat ini di Lewotobi, Caritas Indonesia melakukan pendampingan Caritas Larantuka dan Caritas Maumere. “Yang paling penting sekarang adalah setiap keuskupan memiliki kapasitas. Selama ini, kita sudah melakukan pemetaan kapasitas dan memperkuat koordinasi secara nasional,” tandas imam diosesan Keuskupan Agung Makassar ini.

Perlu diingat, Caritas adalah organisasi pastoral kemanusiaan. Karenanya, gerakan yang berbasis dari umat menjadi strategi. Romo Fredy melanjutkan, resiliensi (ketahanan) terwujud, ketika masyarakat mampu menjawab tantangan dan persoalan yang dihadapi. Tugas Caritas, lanjut Romo Fredy, adalah memastikan bahwa resiliensi itu bisa terjadi. “Gerakan solidaritas yang berasal dan berbasis dari umat/masyarakat, menjadi strategi resiliensi yang utama.”

Pada saat awal bencana erupsi Gunung Lewotobi, Caritas Indonesia menyampaikan informasi terkait bencana yang terjadi kepada Caritas Internationalis melalui Sitrep. Informasi ini disampaikan beberapa kali; termasuk rencana respon lanjutan berupa pemulihan.

Sampai Desember 2024, bantuan yang terkumpul secara nasional dianggap memadai untuk memulai program pemulihan saat ini sehingga program ini segera dimulai.

Romo Fredy memastikan, bahwa rencana yang akan dijalankan Caritas Indonesia tidak akan mengambil peran pemerintah. Caritas Indonesia aktif berkomunikasi dengan BNPB dan pemda untuk memastikan pengambilan peran. Asesmen telah dilakukan; termasuk dengan mendatangi stakeholder dan penerima manfaat.

Beberapa agenda kegiatan ke depan

Romo Fredy menyampaikan juga beberapa kegiatan Caritas Indonesia dalam waktu dekat.

Pertama, Caritas akan membantu perbaikan rumah sebanyak 375 unit untuk empat bulan pertama. Dalam hal ini, penerima manfaat dan lokasinya sudah diketahui.

Kedua, Caritas akan membantu sebanyak 600 keluarga dengan peralatan rumahtangga.

Ketiga, Caritas juga akan memberi dukungan pangan selama tiga bulan ke depan, kepada sebanyak 1.154 keluarga, yang akan dijalankan dengan strategi yang memungkinkan bergeraknya ekonomi lokal. Apabila sebelumnya sampai bulan Desember 2024 ada bantuan dari luar, untuk bantuan pangan kali ini diharapkan ikut menggerakkan ekonomi masyarakat di wilayah yang menjadi intervensi.

Keempat, Caritas juga akan melakukan perbaikan dan penguatan sumber air bersih di empat titik.

Kelima, di bidang kesehatan, Caritas akan terus memberikan layanan kesehatan untuk mendukung kesehatan masyarakat terdampak bencana.

Keenam, setelah empat bulan, akan ada upaya pemulihan mata pencaharian, mendukung supaya keluarga pulih sumber pendapatannya yang menyasar 892 keluarga.

Ketujuh, penguatan masyarakat dan pengurangan resiko bencana juga akan dilakukan di 11 desa, untuk rencana ini akan dijalankan dengan kerjasama dengan BNPB, BPBD, dan mitra lokal untuk membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Kedelapan, Caritas juga akan menjalankan program “Pendidikan Aman Bencana” di delapan sekolah, untuk meningkatkan kesadaran dan ketangguhan di sekolah terkait dengan kebencanaan.

Kesembilan, selama program berjalan juga akan dilakukan penemanan dan penguatan kapasitas Caritas Larantuka dan Caritas Maumere. Selaras dengan usaha ini, penguatan relawan kebencanaan juga akan turut diperhatikan, yang juga menyasar keuskupan lain di Pulau Flores. Secara keseluruhan program yang akan dijalankan Caritas akan dijalankan selama 12 bulan ke depan.

Caritas Indonesia KWI bersama mitra lokalnya yakni Caritas Larantuka dan Caritas Maumere selalu menggandeng mitra resmi lembaga penanggulangan bencana nasional BNPB untuk program misi kemanusiaan. (Caritas Indonesia)

Romo Fredy menyampaikan terimakasih atas dukungan dari pelbagai pihak dalam mendukung karya Caritas untuk respon Erupsi Gunung Lewotobi. Ia juga menyampaikan terimakasih untuk dukungan pemerintah dan berharap kerjasama yang sudah terjalin dapat berlanjut selama program lanjutan ini.

Pada kesempatan ini hadir juga Sekda Flotim, Petrus Pedo Maran yang mewakili Bupati Flores Timur dan Ketua DPRD Flotim, Albertus Ola Senuor. Ada juga perwakilan dari BNPB, Rudi Supriadi. Lalu perwakilan Korea Tomorrow and Global (KT&G) dari Korea.

Petrus mewakili Bupati Flotim menyampaikan terimakasih atas kehadiran Caritas yang bersama pemerintah telah hadir di tengah masyarakat dalam situasi kebencanaan ini. Ia menyampaikan, pemerintah menyiapkan hunian sementara dan dana tunggu hunian.

Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan rencana untuk pembangunan hunian tetap untuk warga terdampak. Pemerintah juga memberikan bantuan stimulan untuk perbaikan rumah. Pemerintah dan Caritas menurutnya juga telah menemukan dampak lain dari kejadian bencana ini. “Pemerintah menyadari kehadiran lembaga lain, sudah mengambil bagian penting dalam penanganan ini. Kami menyampaikan terimakasih setinggi-tingginya,” ujar Petrus.

Albertus pada kesempatan ini juga menyampaikan terimakasih mewakili lembaga DPRD. Ia terus mendukung pemerintah dan lembaga-lembaga yang membantu dalam kebencanaan di Lewotobi.

“Atas nama lembaga kami menyampaikan terimakasih kepada Caritas. Kita bersama berada di Bumi Lamaholot, Tanah Rinya, leluhur dan Bunda Maria mengapit untuk memberi ruang bagi kita untuk membantu sesama kita yang berkesulitan,” pungkas Albertus.

Rudi mewakili BNPB menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Caritas adalah luar biasa mendukung saudara-saudara yang terkena bencana. Ia mengapresiasi kerja Caritas yang sesuai dengan misinya. Karena telah mendukung penanganan kebencanaan dan membangun ketangguhan bagi masyarakat yang terdampak bencana. “Kami mengapresiasi kerja Caritas yang selama ini telah bersinergi dengan BNPB,” ujarnya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version