DELAPAN bulan telah berlalu, sejak terjadinya Badai Siklon Tropis Seroja pada tanggal 3 April 2021 di Nusa Tenggara Timur, Caritas Indonesia bersama jaringannya telah melaksanakan emergency response. Berlanjut dengan Program Rehabilitasi-Rekonstruksi di wilayah-wilayah yang terdampak sangat parah.
Untuk melihat sejauh mana capaian program tersebut, Caritas Indonesia mengadakan Real Time Evaluation (RTE) Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Bencana Siklon Tropis Seroja yang menghempas tiga wilayah reksa pastoral Keuskupan Larantuka, Keuskupan Atambua dan Keuskupan Weetebula – ketiganya di NTT.
Program RTE ini digelar 29 -30 November 2021.
Kehadiran Gereja melalui Caritas Indonesia
Kehadiran Caritas Indonesia melalui program ini adalah salah satu wujud kehadiran Gereja di tengah-tengah mereka yang menderita.
Dalam gerakan kemanusiaan ini, Gereja hadir dan ada bersama mereka yang terdampak.
Banyak orang di belahan dunia lain ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh Gereja Indonesia.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk.
Gereja Katolik Indonesia bergotong royong dalam inisiasi program dan penyediaan dananya.
Romo Fredy menjelaskan, di sinilah terlihat kehadiran Gereja yang menunjukkan identitas cinta kasih. “Pendanaan program ini berasal dari dalam negeri. Dari sini, kita bisa merefleksikan, apakah benar Gereja telah hadir dengan hati dan professional,” ujar imam diosesan Keuskupan Agung Makassar ini.
Kegiatan RTE ini dibuat bersama sejumlah komisi yang menjadi organ-organ fungsional di dalam organisasi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yaitu Komisi PSE, Komisi KKP, dan SGPP.
“RTE ini yang perlu diapresiasi adalah tidak ada pemilahan antara Caritas Nasional dan Caritas Keuskupan. Ini adalah respon Gereja,” ujar Romo Fredy.
Capaian dan kerjasama berlanjut
Sebagai implementor program dan dalam koordinasi dengan Caritas Indonesia, Caritas Larantuka telah menunjukkan pencapaian yang patut dibanggakan.
Dalam program ini, Caritas Indonesia selalu dalam bingkai koordinasi dengan Caritas lokal di tiga keuskupan yaitu Caritas Keuskupan Atambua, Caritas Keuskupan Larantuka, dan Caritas Keuskupan Weetebula, dan juga dengan pihak-pihak pemerintah setempat.
Taruhlah itu Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur. Sejauh ini, kerjasama telah berjalan dengan baik. Tercipta proses tukar pikiran atau dialog antara pihak Caritas dan BPBD Flores Timur terkait penanganan respon bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur, Alfonsus H. Betan menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya atas keterlibatan Caritas Keuskupan Larantuka dalam penanganan Siklon Tropis Seroja di wilayahnya.
Keterlibatan ini sangat membantu masyarakat terdampak untuk kembali meraih kehidupan mereka.
“Terima kasih Caritas Keuskupan Larantuka atas bantuannya dalam penanganan bencana Siklon Tropis Seroja. Juga untuk kerjasama yang terbangun. Saya mengapresiasi atas bantuan yang diberikan bagi para warga terdampak bencana besar ini,” katanya lebih lanjut.
Alfonsus menghargai keseluruhan kerja keras Caritas Larantuka dan Caritas Indonesia. Meski begitu, ia juga melihat dalam penanganan bencana ini masih bayak kekurangan termasuk dari lembaga yang dimpimpinnya.
Ia melihat RTE ini sebagai waktu untuk evaluasi sekaligus kesempatan untuk meningkatkan program respon bencana.
“Kehadiran Tim Caritas Larantuka adalah bukti kehadiran Gereja. Di sini Gereja hadir bersama pemerintah agar selaras dan sejalan,” ujar Alfonsus.
Bantuan di sektor pendidikan dirasakan sangat bermanfaat bagi para guru honorer. Alfonsus juga melihat bahwa kehadiran Gereja dirakan sungguh nyata di bidang-bidang infrastruktur, pertanian, dan penghidupan lainnya.
Ia menyampaikan, bahwa program ini bahkan diapresiasi oleh pihak Provinsi Nusa Tenggara Timur.