Cawe-cawe Hukum Ala Yesus

0
Ilustrasi: Keadilan.

Rabu, 12 Juni 2024

1Raj 18:20-39;
Mzm 16:1-2a.4.5.8.11;
Mat 5:17-19

DALAM sistem hukum, terdapat banyak kata-kata yang memiliki makna keadilan, bijak dan penuh makna. Kata-kata hukum ini sering kali menginspirasi dan memberikan pandangan mendalam, tentang bagaimana kita seharusnya hidup dalam masyarakat yang adil.

Salah satu kata-kata hukum yang bermakna keadilan adalah equalitas. Dalam konteks hukum, equalitas merujuk pada prinsip bahwa setiap individu memiliki hak yang sama di hadapan hukum. Artinya, tidak ada perbedaan perlakuan yang tidak adil berdasarkan ras, agama, gender, atau status sosial.

Equalitas hanya akan menjadi mimpi jika orang yang punya akses terhadap hukum itu tidak konsisten dan tertib hingga kepastian hukum dipelintir untuk kepentingannya sendiri. Sungguh merupakan melapetaka, jika hukum tidak lagi menjadi payung bagi semua orang dan hanya menguntungkan beberapa orang.

“Banyak pihak yang merasa kurang diuntungkan oleh permasalahan yang dibawa ke ranah hukum, seringkali menggunakan segala cara untuk mempengaruhi pelaksana hukum, hingga hasil putusan seperti yang mereka inginkan,” kata seorang sahabat.

“Baru-baru ini kita dengar bahwa jampinsus dikuntit oleh oknum Densus 88. Isu dugaan penguntitan yang dilakukan oleh oknum anggota Densus 88 terhadap Jampidsus, memunculkan kekhawatiran sekaligus tanda tanya besar di masyarakat. Bahkan penguntitan ini dinilai jadi ancaman serius penegakan hukum di tanahair.

Maka perlu tindakan tegas dan cawe-cawe para penguasa negari ini, supaya tidak ada lagi orang yang mau mempermainkan hukum sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

“Negara hanya akan teguh berdiri manakala hukum dijunjung di atas kepentingan sendiri,” papar sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Bahkan secara keras Yesus menegaskan bahwa barang siapa meniadakan salah satu perintah Taurat, sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian kepada orang lain, menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga.

Namun bagi Yesus, Hukum Taurat tidak memiliki arti apa-apa, jika hanya dipandang sebagai peraturan keagamaan semata. Yesus menggarisbawahi bahwa yang terpenting bukan soal menjaga kemurnian ajaran Taurat, tetapi bagaimana Taurat ini dijalani dan dihayati dalam hidup setiap hari.

Taurat akan bermakna ketika perilaku dan silkap hidup benar-benar dijiwai olehnya. Dengan demikian. Taurat menjadi inspirasi yang menuntun orang kepada kebaikan dan menjadi sumber moral dalam bertindak dan berbuat apa pun dalam hidupnya. Orang yang demikian, menurut Yesus, akan menduduki tempat tertinggi dalam Kerajaan Surga.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berusaha menjadi pribadi yang taat hukum dalam kehidupan bersama ini?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version