Puncta 06.07.23
Kamis Biasa XIII
Matius 9: 1-8
HAMPIR semua orang pernah punya perasaan iri terhadap orang lain. Jika ada orang lain sukses, berhasil dan bahagia, kita sering dihinggapi perasaan iri atau cemburu.
“Kok dia yang berhasil, kok bukan aku?” Lalu muncullah persaingan, tidak mau dianggap kalah.
Perasaan iri sudah ada sejak zaman Kain dan Habil. Kain iri karena keberhasilan Habil, adiknya. Lalu Habil dibunuhnya.
Sara iri terhadap Hagar, budak Abraham yang memberinya anak. Lalu Hagar diusirnya.
Di Baturaja Timur, Sumatera Selatan, seorang suami tega membunuh isterinya karena membaca isi chating di HP isterinya.
Ia menduga isterinya punya pria idaman lain. Peristiwanya terjadi pada pertengahan Juni 2023.
Di Cakung, Jakarta ada suami membakar isteri dan anaknya karena rasa cemburu pada awal Juli 2023 ini. Cemburu, iri dan dengki punya makna yang sama.
Iri hati sering memunculkan sikap persaingan. Kalau dikelola dengan baik, persaingan dapat berdampak positif.
Tetapi kalau perasaan iri lebih dominan akan berakibat negatif. Tidak jarang akan merugikan diri sendiri dan orang banyak.
Yesus menyembuhkan orang lumpuh dan berkata kepadanya, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”
Menurut pandangan umum, orang yang cacat, lumpuh, buta, timpang, bisu dan sakit lainnya karena dosa, dikutuk Allah. Maka Yesus melepaskan kutukan itu dengan berkata, “dosamu sudah diampuni.”
Pernyataan Yesus ini menimbulkan geram di hati kaum Farisi. Mereka menuduh Yesus menghojat Allah. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa.
Maka Yesus yang tahu pikiran mereka bertanya, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”
Mereka tidak tahu kalau Yesus adalah Allah yang kuasa mengampuni dosa.
Karena dosanya diampuni, maka Yesus juga menyembuhkannya. “Berjalanlah dan angkatlah tempat tidurmu.”
Orang lumpuh itu berjalan dan sembuh. Makin tidak sukalah orang-orang Farisi pada Yesus.
Karena marah dan irihati, kaum Farisi tidak melihat mukjizat-Nya tetapi kesalahan-Nya. Jika ada perasaan iri dan dengki, sebaik-baik apa pun perbuatan orang, pasti tetap tidak baik di mata kita.
Kalau orang sudah dibakar rasa iri hati, semua kebenaran tidak akan tampak. Yang ada hanyalah kesalahan, kejelekan dan pikiran jahat.
Pertanyaan Yesus itu juga ditujukan kepada kita, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”
Hilangkan dulu perasaan iri, dengki dan cemburu, maka hati akan terbuka pada kebenaran, kebaikan dan indahnya kehidupan.
Paling enak makanan tahu,
Dimasak menjadi tahu bacem.
Jangan pelihara rasa cemburu,
Biar hidupmu jadi ayem tentrem.
Cawas, jagalah hati, hilangkan iri