Home BERITA Cinta Kasih dan Sukacita Menjadi Kesempurnaan Hukum

Cinta Kasih dan Sukacita Menjadi Kesempurnaan Hukum

0
Ilustrasi - Sukacita.

Rabu 14 Juni 2023

  • 2 Korintus 3: 4-11
  • Mazmur 99:5,6,7,8,9
  • Matius 5:17-19.

ADA yang mengungkapkan bahwa kamu akan merasa bahagia jika dikelilingi oleh orang-orang yang juga sedang berbahagia.

Tapi tentu saja pendapat tersebut bersifat subjektif.

Kebahagiaan setiap orang tentu bersumber dari hal yang bermacam-macam.

Namun disadari bahwa kegembiraan menjadi pendorong hati kita dalam bekerja dan menghadapi sesuatu secara lebih positif hingga seberat apa pun masalah kita bisa ditanggung dengan lapang hati.

Kegembiraan itu meringankan beban dan menjernihkan pikiran yang sedang kusut.

Inilah cara pandang baru yang ingin kita miliki dalam menghidupi hidup keagamaan kita.

Yesus mau kita melaksanakan hukum Tuhan dengan semangat baru.

Taat pada hukum Allah karena cinta kepada-Nya bukan karena takut berdosa sehingga tidak ada beban.

Santo Agustinus berkata, “ama et fac quod vis”: “cintailah dan lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki.”

Dalam cinta, tak ada rasa takut. Segala aturan dilaksanakan dengan gembira hati dan tanpa rasa bersalah. Itulah hukum yang membebaskan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.

Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Berkaitan dengan hukum Taurat, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa hal yang paling penting bukanlah mengetahui seluruh detil Hukum Taurat seperti orang-orang Farisi dan ahli Taurat, tetapi menjadikan hukum itu prinsip dalam tindak tanduk kehidupan sehari-hari.

Tuhan Yesus menunjukkan mengenai spiritualitas yang mengubah sikap dan karakter hidup kita.

Yesus menunjukkan semangat baru dalam menghadapi hukum taurat yakni semangat cinta kasih penuh sukacita.

Hukum bukan dilihat sebagai beban namun sebagai jalan untuk memuliakan Allah.

Dalam Yesus ada sukacita dan bukan ketakutan.

Kasih sejati tidak pernah menuntut, tetapi ia hanya dapat memberi.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menjalani hukum dengan sukacita?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version