CINTA !!! Yah…. lagi-lagi ini tentang cinta.
Cinta apakah ini? Entahlah. Saya pun tidak mengerti. Waktu berlalu begitu cepat. Semua yang indah pun ikut berlalu. Suka dan duka telah kita lewati bersama. Tangis, tawa pun telah kita lalui. Kini adalah saat di mana hubungan ini semakin rumit, hingga membuat saya pun hampir tidak sanggup lagi untuk berjuang.
Saya tahu, hidup yang bahagia itu harus dipenuhi dengan rasa percaya dan harapan, bukan melihat ketakutan semata. Tapi bukan ini yang saya harapkan dan bukan ini juga yang pernah saya yakini, saya juga tidak pernah takut untuk berjuang, tetapi saya lemah untuk terus bertahan.
Saya hanya manusia biasa, saya bukan robot.
***
Sore itu adalah hari yang indah. Terlukis di bawah sebuah sebuah pohon Jambu, seorang gadis manis yang berumur kira-kira 20 tahun.
Vani. Begitulah dia dipanggil di kampungnya. Dia terlihat sangat kusut, matanya sedikit lembab seperti baru habis menangis. Dia bergumam sendiri seperti sedang menyesali sesuatu. Suaranya terdengar jelas di telinga saya sehingga membuat rasa penasaran muncul dan mencoba untuk mendekatinya.
“Ehh, Van, sore-sore begini kok duduk sendirian? Omong-omong sendiri seperti orang gila. Kamu kenapa?” tanya saya dengan logat sehari-hari kami. Tanpa saya duga dia langsung memeluk saya dan meluapkan tangisannya. Saya bingung dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
“Van, Kamu kenapa? Cerita sama kakak, siapa tahu kakak bisa bantu.”
“Kak..!!!! Kak, Dio kak. Dio.”
“Dio kenapa Van? Dia baik-baik saja kan Vani ?”
“Dia tega kak. Dia tega.”
“Tega kenapa maksudmu?”
“Kak, waktu itu dia yang pernah berjanji kak.”
***
“Sayang. Saya janji, pokoknya apapun yang terjadi kita harus tetap mempertahankan hubungan ini.”
“Ia sih. Tapi bagaimana mungkin kita sanggup Di’? Saya takut kita lemah sayang. Banyak yang tidak menginginkan hubungan ini sayang. Mereka pasti akan lakukan banyak hal untuk pisahkan kita sayang.”
“Sayang. Kunci itu ada pada kita. Kita akan bersama berjuang untuk melawan mereka dan memperjuangkan hubungan ini sayang.”
“Ia sayang. Saya percaya sama kamu sayang. Thanks yah sayang. I love you.”
***
“Tapi kak. Sekarang dia yang malah ingkar kak.”
“Ya sudah, kamu yang sabar Vani. Jodoh itu di tangan Tuhan Van. Kita boleh rencana, tetapi Tuhan yang menentukan,” kata saya pada Vani untuk menguatkan dia setelah dia menceritakan kisahnya.
“Tapi kak. Dia sekarang malahan kasih salah (menyalahkan) saya atas semua yang terjadi ini kak. Dia (Dio) mengatakan saya penyebab dari kemarahan yang dia dapatkan. Katanya dia dimarahi karena hubungan kami ini. Tapi saya tidak tahu siapa yang memarahi dia dan karena apa kak?”
“Sudah, sudah. Mungkin saja dia lagi stress sama tugas kuliah atau apalah, intinya dia pasti sedang tidak mood sayang.”
“Saya mngerti kak. Tapi semua itu sudah kami lewati kak. Baru kali ini dia semarah ini kak. Kami sudah hampir enam tahun berpacaran kak. Tapi sifatnya ke saya bukan seperti hari ini kak.”
Saya diam, dan membiarkan Vani dalam dekapan saya. Rasanya saya pun tidak sanggup mendengar kisahnya. Bagaimana tidak? Hubungan saya dengan tunangan saya saja belum kelar. Tetapi saya mencoba untuk kuat. Saya tidak ingin Vani mngetahui semua ini. Vani adalah tetangga saya. Kami begitu akrab. So, saya pasti tau sedikit tentang dia.
“Ya sudah, sekarang kita pulang, dan kamu mandi. Kusut sekali mukamu. Mandi dulu biar kinclong lagi, hehehe…,” saranku.
Vani hanya membalas senyum tipis, dan saya tahu hatinya masihsay berat. Yah,,, banyak yang berkata cinta butuh pengorbanan. Namun tidak ada yang tahu, sudah berapa lama kita berkorban dan harus sampai pada tahap di mana rasa manusiawi kita timbul.
Lemah, dan harus berhenti sampai di sini ketika pengorbanan kita tidak pernah dihargai dan diperjuangkan. Sakit ketika kita yang dahulunya selalu berjuang bersma kini harus berjuang sendiri tanpa dia.
Tetapi percayalah, Tuhan menyediakan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Perjuangkan apa yang pantas untuk di perjuangkan. Tinggalkan apa yang bukan menjadi milikmu. Kelak akan ada yang memperjuangkanmu sebagaimana kamu berjuang saat ini.
Sekian.
Soe, 31 Oktober 2018