Home BERITA Coming Home No. 330 – “Jangan-jangan Kita Salah Meminta kepada Roh Kudus”

Coming Home No. 330 – “Jangan-jangan Kita Salah Meminta kepada Roh Kudus”

Roh Kudus by the churchtimes

Lagi, Yesus bersabda,

” Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh 3:8).

Lagi diceriterakan bahwa

“Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida- sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu.” (Kisah Rasul 8:26-29).

Pada nas lain, Yesus bersabda kepada para muridNya,

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yoh 14:16-17).

Kesimpulan sementara, bahwa Roh Kudus, tidak bisa dimaterialisasikan dengan tujuh karakter yang lazim kita sebut dengan “tujuh karunia Roh Kudus” sebagaimana kita warisi dari Kitab Suci, Humanisme Yunani, Teologi Thomistis; lihat http://cg.amoredio.org/cg- reading/tujuh-karunia-roh-kudus/

Pernah saya tulis bahwa Pribadi ke-3 Allah Tritunggal Yang Mahakudus, yaitu Roh Kudus Allah, mempunyai posisi sebagai “Badan Eksekutif”, jika hendak dianalogikan dengan sistem bernegara dan bermasyarakat yang tidak terpisahkan, yaitu Trias Politica – Badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

Koq gitu?

Yah, karena apa yang telah dikehendaki oleh Allah Bapa di Surga, pernah dilaksanakan oleh Allah Putera, lengkap dengan figur ke-allah-an yang menjelmakan Sadba dan Karya-karya Allah Bapa, dan kemudian diteruskan oleh Allah Roh Kudus yang memenuhi hati Umat-Nya.

Orang bilang bahwa manusia setiap harinya, selama 24 jam, membutuhkan 15 kg oksigen. Dan sekian milyar manusia menerimanya secara gratis, kecuali memang harus membeli, karena diopname di ICU (Intensive Care Unit) yang lengkap menyediakan pasokan spesial yang disebut oksigen.

Nah, yang gratis, alias cuma-cuma yang disediakan oleh alam, oleh Allah Sang Pencipta, yang di dalam bahasa rohani disebut juga gratia (pemberian gratis).

Itulah yang kita nantikan di dalam masa Pentakosta ini.

Lalu, apakah berhenti setelahnya?

Sepanjang hidup kita, karena itu Yesus yang telah naik ke Surga pun dicatat oleh Penginjil Markus, dan dibuktikan di dalam Kisah Para Rasul,

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan- setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” (Mk 16:15-20)

Tidak dikatakan di dalam Kitab Susi, bahwa para murid Yesus, lalu pergi ambil kursus bahasa, bukan?

Atau belajar ilmu dan praktik Kedokteran? Atau kuliah Filsafat Humanisme?

Juga, tidak ada permohonan, “Berilah roh kesabaran, agar aga betah saat mancing di pemancingan.”

Atau, “Berilah roh keperkasaan, agar aku tetap berkasa dan lebih banyak menangnya saat bertanding badminton.”

Atau, “Curahkanlah roh kebijaksanaan, agar aku tidak mudah ditipu oleh orang-orang disekitarku.” Dst.

Lebih tepat kita mengosongkan diri, prostrasi di hadapan-Nya, agar kehendak-Nya semakin terjadi, dan bukan kehendakku. Amiin.

Pater Haweyau SCJ –di masa novena menjelang Pentakosta

Jakarta Timur, 21 Mei 2021

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version