BERIKUT ini materi paparan Menteri LHK Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar MSc yang diwakili Ir. Laksmi Dhewanti MA IPU
Ketahanan iklim merupakan modal untuk pembangunan yang penting. Ada tripple planetary crises yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Semuanya terkait.
Indonesia menunjukkan komitmen mengurangi gas rumah kaca sebanyak 31% dengan Upaya Mandiri atau 41 % bila mendapat dukungan internasional. Target Net Zero Emission tahun 2060. Target baru terus ditetapkan sebagai wujud komitmen Indonesia.
IPCC memberi target pengurangan emisi sebanyak 45% pada tahun 2030 atau Net Zero tahun 2050. Namun emisi karbon masih terus meningkat.
Bumi makin panas. Suhu global diprediksi akan meningkat 2,8C pada tahun 2030 padahal target tidak lebih dari 1,5 C.
Paris Agreement harus didukung oleh semua pihak di tingkat nasional, global dan internasional dengan sistem yang efektif.
Kesejahteraan masyarakat tidak boleh dikorbankan dalam program pengendalian perubahan iklim. Kerja dan aksi nyata dan bukan janji yang harus diwujudkan.
Net sink diharapkan terwujud tahun 2030. Sektor kehutanan akan jadi penyeimbang gas rumah kaca yang dihasilkan sektor lain. Sektor energi juga dengan diupayakan dengan energi terbarukan dan moratorium PLTU batu bara.
Gerakan global
COP28 yang berproses dengan slogan “Unite, Act, and Deliver” diharapkan menjadi langkah global yang kritikal.
Tahun 2030 adalah langkah kritis di periode yang kritis. Kita hanya punya waktu tujuh tahun saja menuju 2030. Kita harus kerja dan aksi kongkret dengan leading by examples yang kongkret. Indonesia akan tetap berupaya menginspirasi dunia. Leading by inspiration to inspire the world.
Semoga CORECS 2023 bisa menggerakkan berbagai pihak untuk mewujudkan pengendalian perubahan iklim yang inklusif dan berkeadilan. (Berlanjut)
Baca juga: CORECS (Conference on Religions and Climate Change Southeast Asia) 2023 (1)
