Puncta 23.06.23
Jum’at Biasa XI
Matius 6: 19-23
DALAM kisah Ramayana diceritakan bahwa Dewi Windradi punya pusaka ampuh bernama “Cupu Manik Astagina.”
Kesaktian pusaka itu dapat melihat segala peristiwa di bumi dan di langit dalam sebuah cermin yang ada di dalam cupu itu.
Pusaka itu adalah pemberian Batara Surya kepada Dewi Windradi, isteri Resi Gotama. Mereka punya tiga anak yakni Anjani, Guwarsa dan Guwarsi.
Pusaka itu diwariskan kepada Anjani agar disimpan dan jangan sampai ada yang mengetahui.
Sedang asyik melihat segala kejadian dunia dalam cupu itu, Guwarsa dan Guwarsi tahu keberadaan cupu itu.
Mereka minta kepada ayahnya agar cupu itu diberikan kepada mereka. Resi Gotama malah bingung karena tidak tahu menahu tentang cupu.
Ia bertanya kepada Windradi istrinya, tetapi tidak dijawab. Resi Gotama marah dan mengutuk istrinya menjadi tugu.
Cupu kemudian dilemparkan sejauh mungkin. “Siapa yang bisa menemukan cupu itu, dialah yang memilikinya,” kata Resi Gotama kepada ketiga anaknya.
Karena nafsu memiliki pusaka itu, mereka lari mengejar cupu yang dilemparkan. Mereka bahkan lupa pada ibu yang dikutuk menjadi tugu.
Mereka melihat cupu itu jatuh di telaga. Guwarsa dan Guwarsi terjun ke telaga. Ketika mereka “mentas’ naik dari telaga, seluruh tubuh mereka berubah menjadi kera.
Yesus berkata, “Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi; ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar dan mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di Surga. Di Surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada.”
Guwarsa dan Guwarsi sangat ingin memiliki cupu. Mereka tega meninggalkan ibunya yang menderita, ayahnya yang tua renta. Mereka mengejar sesuatu sampai melupakan segalanya. Hasilnya?
Mereka tidak menemukan pusaka, justru malapetaka. Gila pada harta, kuasa atau kekayaan malah menjadi petaka. Yesus berkata, “Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada.”
Ia menasehati kita, “Kumpulkanlah bagimu harta di surga.” Harta di surga adalah kebaikan, semangat berbagi dan rela berkorban demi kebahagiaan orang lain. Kebaikan itu tidak akan rusak atau hilang. Ia akan selamanya di bawa sampai mati.
Cari dan kumpulkanlah kebaikan, sebanyak-banyaknya, karena itulah harta di Surga. Harta yang abadi untuk kehidupan kita nanti.
Naik pedati ditarik kuda.
Kalau gerobak ditarik sapi.
Kumpulkanlah harta di surga,
Sebab akan dibawa sampai mati.
Cawas, menabung kebaikan