Selasa, 17 Mei 2022
- Kis. 14:19-28.
- Mzm. 145:10-11,12-13b,21;
- Yoh. 14:27-31a.
DAMAI itu indah. Semua perjuangan dalam kehidupan ini senantiasa terarah pada kebutuhan yang paling utama dalam hidup setiap manusia, yakni hidup dalam damai.
Semua orang ingin hidup damai. Semua orang ingin hidup bahagia dan berdampingan dengan sesama dan dalam alam semesta yang diwarnai situasi damai.
Namun banyak orang seperti mengejar angin, karena damai yang dicari seakan sulit sekali tersentuh. Damai ibarat bayang-bayang tubuh kita yang selalu berjalan mendahului langkah kita.
“Saya hanya ingin hidup tenang,” kata seorang bapak.
“Namun seakan masalah datang silih berganti dalam hidup ini, dan tidak membiarkanku tenang dan damai meski sekejap,” lanjutnya.
“Baru-baru ini, anak-anakku ribut, soal hasil penyewaan gudang, bahkan mereka saling lapor polisi hingga mencari pengacara,” kisahnya.
“Keributan itu semakin membara karena mereka saling menyerang dan saling menjelek-jelekan satu sama lain. Aib keluar diumbar kemana-mana. Saya sangat menyesalkan sikap mereka yang tidak bisa secara damai mereka mencari jalan keluar,” ujarnya lagi.
“Sebagai orangtua, rasanya sedih melihat anak bertengkar berebut harta, dan tidak saling menghargai bahkan saling bermusuhan. Padahal semua itu pemberian saya, dan saya hanya ingin mereka hidup sejahtera, damai dan rukun,” lanjutnya.
“Anak-anakku tidak bisa seakur dan sebaik waktu mereka masih sendiri, setelah berumahtangga, pasangan masing-masing memberi warna pada setiap langkah pilihan mereka,” sambungnya.
“Hidup mereka berubah menjadi begitu egois hanya mementingkan keluarganya masing-masing bahkan tidak peduli denganku,” imbuhnya.
“Saya hanya minta mereka rukun dan baik satu sama lain, namun seakan permintaan itu paling sulit terpenuhi,”ujarnya.
“Ketika mereka tidak lagi saling mengasihi dan hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya masing-masing, niscaya ketenangan dan damai akan semakin jauh dari hidup ini,” lanjutnya
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian,
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”
Dalam hidup ini, sering kejadian sekitar kita bisa ‘merampas’ ketenangan dan kedamaian dalam diri kita.
Jangan biarkan keadaan sekeliling kita mengatur ‘bahagia’ kita, jangan biarkan keadaan sekitar kita, mencuri ‘damai’ kita.
Damai Tuhan sudah menjadi milik kita, dan semestinya tidak ada seorangpun yang bisa mengambil dari hati kita.
Karena damai yang diberikan Tuhan itu adalah anugerah bagi kita yang percaya, mengasihi Dia dan mentaati Perintah Baru yakni mengasihi Tuhan dan sesama.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menyadari damai yang diberikan Tuhan bagi hidupku?