DAMPAK Badai Siklon Seroja yang terjadi 3-12 April 2021 di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menjadi fokus utama Pleno Real Time Evaluation (RTE) Program Rehap-Rekon Bencana Siklon Tropis Seroja. Rapat ini diselenggarakan oleh Caritas Indonesia (KARINA) di Denpasar, Bali, tanggal 1 Desember 2021.
Bencana massif ini menyebabkan terjadinya banjir bandang disertai tanah longsor di wilayah Kabuppten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Kecamatan-kecamatan yang terdampak banjir bandang adalah Adonara Timur, Ile Boleng, Wotan Ulomado, Adonara Barat, dan Adonara.
Di Kabupaten Lembata yang mencakup lima kecamatan: Ile Ape Timur, Ile Ape, Lebatukan, Buyasuri, dan Omesuri.
Korban meninggal dari wilayah Keuskupan Larantuka tercatat sebanyak 72 orang dengan lokasi TKP di Adonara; 46 orang di Lembata.
Warga terdampak di Adonara tercatat 27.038 jiwa (8.905 KK) dan di Lembata ada sebanyak 21.732 jiwa (6.038 KK).
Tahap Tanggap Darurat
Caritas Indonesia (KARINA KWI) sejauh ini telah menggulirkan langkah-langkah penanggulangan dampak bencana. Yakni respons:
- Tahap Tanggap Darurat. Sudah dilaksanakan di lokasi bencana sejak 5 April–5 Mei 2021.
- Lalu dilakukan Tahap Transisi pada periode 6 Mei–5 Juni 2021.
- Selanjutnya adalah Tahap Rehap-Rekon yang telah digulirkan sejak 6 Juni 2021 dan rencananya akan berjalan hingga 6 Mei 2022.
Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk menyampaikan dalam penanganan bencana di Indonesia, Gereja Katolik Indonesia bergerak bersama dan menghadirkan belas kasih Gereja di masyarakat melalui Caritas.
Dilaksanakan bersama dengan komisi-komisi KWI dengan pendanaan nasional.
Kebersamaan di Denpasar akan menjadi kesempatan untuk mendalami program-program yang berjalan.
Kesempatan ini juga dapat menjadi kesempatan untuk belajar bersama. “Komisi-komisi KWI juga bisa bergabung dalam memberikan tanggapan-tanggapan,” ujarnya.
Romo Fredy menyampaikan alasan mengapa Gereja harus hadir dalam setiap bencana di Indonesia.
Itu karena tidak ada daerah di Indonesia yang luput dari bahaya bencana. Setiap daerah memiliki potensi bencana masing-masing.
Ia mencontohkan, ancaman banjir selalu saja mengintai, khususnya di Kalimantan yang memiliki risiko besar banjir.
Harapan bersama: kolaborasi
Sekretaris Eksekutif Komisi PSE KWI, Romo Ewaldus Ewal Pr mengatakan, kegiatan RTE seperti ini dapat menjadi kesempatan untuk terus belajar menerjemahkan totalitas kasih yang diajarkan dalam ensiklik Paus Benediktus XVI: Deus Caritas Est.
“Untuk memberikan pelayanan kemanusiaan yang profesional. Dalam perjalanan pelaksanaan program, tentu masih ada kekurangan-kekurangan. Semoga yang sudah kita lakukan semakin bisa ditingkatkan dalam semangat kebersamaan,” ujar Romo Ewal.
Beberapa perwakilan dari KWI turut serta dalam rangkaian RTE ini adalah Romo Eagidius Eka Aldilanta OCarm dari Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP) KWI.
Ia berharap menghadirkan wajah Gereja yang semestinya. “Alangkah baiknya, jika menjadikan karya pelayanan kemanusiaan, menjadi karya bersama, menjadikannya tanggungjawab bersama sebagai Gereja,” katanya.
Romo Eka berharap KKP di Regio Nusra terlibat dalam program-program yang dilakukan oleh Caritas.
Kolaborasi KKP di Regio Nusra juga untuk mengupayakan penanganan masalah migran, tidak hanya dari perspektif KKP, tapi juga dari perspektif komisi-komisi lainnya, misalnya PSE, SGPP, dan juga Caritas.
Sekretaris Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI, Sr. Natalia Sumarni OP merasa senang bisa terlibat dalam respons Siklon Seroja di NTT.
Selama ini, SGPP terlibat dalam dukukungan psikosial bagi para penyintas.
Ia melaporkan, selama ini ada koordinasi untuk pelatihan awal psikososial, baik dilakukan secara daring dan luring.
Luring dilaksanakan khusus untuk Larantuka, sedangkan daring untuk seluruh keuskupan.
SGPP bekerja sama dengan Himpunan Psikolog Indonesia di Kupang dan Maumere membantu dalam asesmen dan data yang membutuhkan dukungan psikososial di Lembata dan Adonara.
Sr. Natalia OP berhadap ada peningkatan dalam berjaring dan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk dukungan psikososial dan penanganan bencana.
Sr. Natalia OP juga menyampaikan bahwa komisinya telah diminta kontribusinya oleh Kementerian P3A, SGPP bersama dengan perwakilan dari PSE, Caritas Indonesia, dan WKRI.
Sebelum pertemuan di Denpasar, para peserta RTE melakukan kunjungan ke lapangan, yang dibagi dalam tiga wilayah keuskupan, yaitu Keuskupan Larantuka, Keuskupan Atambua, dan Keuskupan Weetebula.