AKHIRNYA, sebuah dokumen penting yang selalu dirahasiakan oleh Pak Polisi Soemardjo, bisa ditemukan. Karenanya, saya juga dibuat mampu membuat berapa tulisan tentang Romo N. Drijakara SJ.
Inilah sebuah fakta sejarah yang nyaris tidak diketahui banyak orang. Ternyata, dari dokumen rahasia keluarga itu diketahui di kemudian hari, Romo Drijarkara yang tahbisan imamatnya beliau terima dari tangan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ pernah digadang-gadang akan menggantikan beliau sebagai Uskup untuk Vikariat Apostolik Semarang.
Namun, perjalanan sejarah telah menulis catatan ini: pengganti Mgr. Albertus Soegijapranata SJ di kemudian hari adalah Mgr. Justinus Darmajuwono Pr yang kemudian mengemban gelar Kardinal pertama di Indonesia.
Berikut ini, saya paparkan cerita testimoni dari Romo Seip van Baars MSC, kini sudah berumur 87 tahun dan tinggal di Houston, Texas, Amerika.
Kilas balik
“Kebetulan sekali, setelah ayahnya Ganjar (yakni Pak Polisi Soemardjo) meninggal tahun 2004 dan setelah selesai 40 hari kemudian, untuk keperluan mengurus pensiun dll, maka Ganjar memeriksa bundelan-bundelan kertas. Untung saja kertas-kertas itu tidak dianggap sebagai sampah sehingga dibuang begitu saja di tempat sampah dan dibakar,” tulis Romo Seip van Baars MSC dari Houston.
“Melainkan bundelan kertas itu diperiksa satu per satu. Banyak kertas tidak berarti apa-apa dan dibuang saja. Namun ada sebuah lipatan kertas kusam, yang kalau melihat bentuknya mungkin akan membuat orang berfikir tidak ada gunanya dan dibuang saja,” lanjut romo sepuh ini.
“Namun, kebetulan kertas kusam itu akhirnya dibuka oleh Ganjar dan betapa terkejutnya ia setelah memeriksa semua nama keluarga yang tertulis di situ. Karena diagram itulah, Ganjar lalu dibuat tahu peta silsisah hubungan-hubungan keluarga sampai tingkatan yang paling jauh ke atas, ke bawah dan menyamping. Termasuk hubungannya dengan keluraga Romo Drijarkara itu juga menjadi lebih jelas, walaupun selama ini sudah tahu bahwa beliau adalah saudara mereka,” tulis Romo Seip van Baars MSC.
“Kebetulan juga kertas yang sudah sejak tahun 1934– 2004 waktu ditemukan sudah berumur 70 tahun lamanya dan untung juga tidak dimakan rayap dan tidak hilang tulisannya atau tidak hancur. Karena ternyata laminating atau plastik yang menutupnya itu baru dibuat Ganjar tahun 2004 supaya lebih awet, bukan dari awal seperti saya sangka. Baru kemudian, Ganjar pun lalu membuat banyak fotocopinya,” papar Romo Seip.
“Dari dokumen itulah darah bangsawan dengan sebutan Raden (untuk laki-laki, misalnya, Romo Drijarkara), Rgt. Raden Ngaten (untuk yang perempuan, misalnya, untuk Sr. Emanuella PBHK dan Sr. Teresia ADM). Tetapi rupanya Pak Polisi Soemardjo, sebagai generasi terakhir yang mengetahui silsilah itu, sengaja menyimpannya rapat-rapat dan tidak pernah menyampaikannya kepada anak-anaknya, supaya tidak menjadi sombong. Namun, 40 hari setelah ia wafat, kebetulan dokumen itu ditemukan oleah anak bungsunya, Ganjar Prasetyowati,” demikian tulis Romo Seip van Baars MSC tentang dokumen penting keluarga itu. (Bersambung)
Artikel terkait: