Home BERITA “Dark Places”, Mimpi Buruk Menguak Misteri Masa Lalu

“Dark Places”, Mimpi Buruk Menguak Misteri Masa Lalu

0

SESUAI judulnya, nuansa film anyar bertitel Dark Places ini serba sombre (muram). Begitu pula aktris cantik berpostur tinggi nan semampai ini juga –tak seperti biasanya– tak terlihat sebagai perempuan cantik, ceria, apalagi  très chic.

Kali ini, dalam Dark Places, Charlize diperlihatkan tampil serba kumal, lesu hati, pandangan nanar. Nyaris di sepanjang film ini, Charlize sang pemerang Libby Day sangat terkesan tak pernah ganti baju, karena yang dia pakai hanya T-shirt putih, jins belel, dan rambutnya pun  acak kadut. Agar lebih rapi, Libby memakai pet (topi).

Suasana serba sombre ini memang ingin menggambarkan isi hati Libby Day (Charlize Theron) yang hidupnya dihantui masa kelam di waktu silam. Sebagai gadis kecil, ia ikut menyaksikan ibunya dan kedua kakak perempuannya tewas dibantai orang  di rumah mereka di kawasan perkebunan di luar kota Texas. Hanya dia sendiri yang berhasil menyelamatkan diri bersama kakak lelaki satu-satunya yang bernama Ben Day (Corey Stroll).

Sejak peristiwa itu terjadi, kelanjutan adegan selanjutnya tidak tampil jelas dalam film ini. Barulah menjadi lebih jelas, ketika Libby Day ‘dipaksa’ mengingat apa yang tak mau dia ingat. Ibarat menelan ludah pahit, maka itulah yang harus dilakukan Libby ketika harus menguak sisi gelap kehidupan keluarganya.

Pemuja setan

ch1
Charlize Theron sebagai Libby Day. (Ist)

Karena peristiwa pembunuhan itu, Ben Day harus masuk penjara.  Selama 28 tahun hidup di balik bui, tak pernah sekalipun Ben mengajukan banding atau pembelaan atas tuduhan pengadilan yang mendakwanya telah melenyapkan nyawa ibunya dan kedua adik perempuannya. Ben dituduh pemuja setan. Karena pengaruh  ritual nyleneh inilah,  Ben Day merasa diri harus membantai keluarganya. Persis sama, ketika sebagai cowok ingusan dia dipanas-panasi temannya berdarah Indian dan kekasihnya Diondra agar bisa menjadi lelaki sejati. Caranya mudah: membantai kawanan ternak tanpa ampun dengan godam.

Sejatinya, Ben tidak bersalah. Saat muda, ia terjerumus dalam cinta kilat hingga kemudian tak sengaja membuat Diondra Wertzner (Chloe Grace Moretz) hamil. Hidup Diondra saat remaja sudah sangat mengakrabi  segala bentuk narkoba. Gadis urakan ini juga aktif ikut dalam ritual pemujaan setan.

Maka lengkap sudah, penderitaan Patty Day, ibu empat orang anak, yang telah melahirkan Ben, Libby dan kedua saudara perempuan lainnya. Patty yang lagi direnda kemiskinan kini harus menghadapi ulah anak lelakinya Ben yang  kelakuannya menjadi super nyleneh, pemurung dengan raut muka yang super aneh pula.

Patty Day adalah janda cerai, setelah suaminya Runner Day (Sean Bridgers) pergi meninggalkannya karena hidupnya tidak karuan lantaran pengaruh alkohol dan judi. Di tengah kegalauan mengusir kemiskinan dan menghadapi tingkah aneh Ben yang semakin tak terkendali, Patty kedatangan orang yang sedianya menolong tapi akhirnya menjeratnya bak lintah darat.

Melawan kakak kandungnya sendiri

Di usianya yang masih muda, Libby Day bersaksi melawan kakaknya sendiri Ben Day hingga berujung pada pemenjaraan selama 28 tahun. Setelah 30 tahun berlalu, hidup Libby juga tak dibuat tenang karena saban hari dia selalu dihantui oleh mimpi buruk tentang tragedi masa silam yang telah menewaskan ibu dan kedua kakak perempuannya.

Pemimpin The Killing Club Lyle Wirth (Nicholas Hoult) bersama Libby Day (Charlize Theron) dalam “Dark Place” (Ist) l

Sang tertuduh tetaplah sama: Ben Day yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Padahal di rumah, saat mereka masih kecil, justru Ben Day inilah satu-satunya saudara di rumah yang menyayanginya lebih dari kedua kakaknya.

Barulah ketika tanpa sengaja bertemu dengan kawanan yang menyebut diri The Kill Club, ingatan masa lalu yang buram dan suram itu sedikit demi sedikit terkuak lebar. Syukurlah di situ ada Lyle Wirth (Nicholas Hoult), pemuda ganteng yang amat simpati dan sabar membimbing Libby menguak tabir gelap masa lalunya 30 tahun silam.

Berbagai penggalan kisah kilas balik mengemuka dalam film Dark Places ini, ketika Libby mencoba menghadirkan kembali lokasi-lokasi dan pribadi-pribadi yang dia kenal dan jumpai sepanjang 30 tahun lalu itu. Barulah di sini menjadi jelas –berkat bantuan The Killing Club– bahwa si pembunuh salah satu kakak perempuannya adalah Diondra. Gadis remaja yang hamil pra nikah ini seketika menjadi kalap, setelah gadis kecil –adik Ben Day– berteriak-teriak karena pasangan muda belia ini tiba-tiba datang menyelinap masuk ke rumah Patty Day. Diondra yang kalap kemudian membekap anak Patty Day ini dengan bantal.

Pada saat bersamaan, masuklah Si Lintah Darat yang ingin mencuri uangnya kembali.  Karena kepergok, dia lantas menusuk mati Patty Day dan menembak anak perempuan satunya yang masih lelap tidur. Untunglah, berkat Ben Day, Libby Day berhasil melarikan diri.

Tak ada kegaduhan

Layaknya semua film yang datang dari khasanah Eropa, Dark Places juga sangat Europeis. Tidak ada kegaduhan banyak dalam film ini, selain hanya beberapa gelintir manusia. Kebosanan akan mudah menyelinap di hati penonton, ketika sudah terbiasa melihat keramaian dan kegaduhan film gaya Hollywood. Di Dark Places, yang terjadi adalah semacam proses ‘melahirkan kembali’ masa kelam di waktu silam. Dan itu butuh proses panjang, karena banyak hal yang dulunya di-iya-kan, sekarang harus diingkari guna melahirkan kebenaran-kebenaran baru. Dan inilah perjuangan batin Libby Day yang makan energy batinnya hingga Charlize Theron sungguh nampak tak cantik dan seksi seperti pernah dia peragakan dalam film The Italian Job.

Patty Day (Christina Hendricks, kanan), pemeran sang ibu dengan empat orang anak yang dilanda kemiskinan.
Patty Day, janda cerai, mengasuh tiga anak perempuan yang salah satunya adalah Libby Day dan satu anak lelaki tertua bernama Ben Day. (Ist)

Akting hebat dimainkan oleh Patty Day yang memerankan sosok ibu tegar hati, namun akhirnya harus memilih ‘jalan pintas’ yakni meminjam uang demi masa depan anak-anaknya dan itu malah membuat dia harus mati mengenaskan. Juga Ben Day yang mengemas wajah dan aroma roman mukanya yang serba kalut, tak berpengharapan; kurang lebih sama dengan Libby Day.

Yang menarik adalah penggalan kalimat di ujung cerita. Setelah 28 tahun meniti hidup di balik bui tanpa pernah protes sedikit pun, Ben Day tua memberi pelajaran berharga: mau  melakukan pemberian maaf kepada Libby Day dan itu terjadi justru di penjara. Termasuk, ketika merasa harus melindungi Diondra Wertzner –sang pembunuh adiknya sendiri– karena dari Rahim Diondra inilah telah lahir gadis remaja yang merupakan buah cintanya bersama Diondra ketika mereka berdua masih ingusan.

Dark Places pada hemat saya adalah film bagus dengan cerita bagus, sekalipun agak njlimet alur ceritanya.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version