Selasa, 28 Juni 2016
Pekan Biasa XIII
PW S. Ireneus, Uskup dan Martir
Am 3:1-8; 4:11-12; Mzm 5:5-6.7.8; Mat 8:23-27
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu ditimbus gelombang. Tetapi Yesus tidur. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya, “Tuhan, tolonglah, kita binasa!” Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kalian takut, hai orang-orang yang kurang percaya!” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau. Maka danau menjadi teduh sekali.
MARI kita bayangkan bahwa kita berada di tempat para murid yang sedang dihantam gelombang badai kehidupan dan Yesus tertidur. Tidurnya Yesus sesungguhnya merupakan keheningan-Nya. Itu bukan sikap ketidakpedulian-Nya.
Sesungguhnya, kita dapat belajar bahwa cobaan-cobaan dalam hidup kita dimaksudkan Allah untuk mendekatkan kita kepada-Nya. Itu memperkembangkan ketergantungan kita pada-Nya. Di sana kita hidup dari iman kepada Kristus.
Dari bacaan Injil hari ini kita mengetahui bahwa keheningan Yesus Kristus sedemikian penuh daya kuasa. Itu mengajarkan kepada kita untuk lebih dalam lagi percaya kepada-Nya.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi sementara kita bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus, kita percaya pada daya kuasa keheningan Yesus Kristus. Itu membuat kita percaya bahwa setiap gelombang dan badai kehidupan kita merupakan undangan untuk kian percaya kepada Yesus Kristus yang menguasai segalanya. Apa yang akan kita lakukan saat kita berada dalam masalah, namun Yesus Kristus tampaknya sedang tidur? Apakah kita percaya pada daya kuasa keheningan Kristus?
Tuhan Yesus Kristus, Engkau tak pernah melupakan kami, sebaliknya selalu siap meneduhkan ketakutan kami dan memperteguh sukacita kami di tengah persoalan dan kesulitan kami. Engkau selalu menghibur hati kami. Bantulah kami percaya sepenuhnya pada-Mu kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
