Demi Kemanusiaan Melampaui Aturan

Sabtu, 4 September 2021

Kol.1:21-23.
Mzm.54:3-4.6.8.
Luk.6:1-5

DALAM hidup sehari-hari, kita banyak menemui peraturan, dan undang-undang.

Tentunya semua hal itu di buat demi sebuah tujuan yaitu supaya manusia bisa hidup baik, aman dan teratur.

Nilai tertinggi aturan adalah ketika nilai kemanusian mendapatkan tempatnya dan dihargai.

Kehidupan manusia mendapat jaminan kelangsungannya dengan adanya aturan.

Jika sebuah aturan justru menyingkirkan orang yang lemah dan perlu pertolongan, maka aturan itu telah kehilangan rohnya.

Seorang bapak sangat bersyukur, karena anaknya tidak dihentikan dari program bea siswa paroki. Meski nilai anaknya tidak mencapai standar yang ditetapkan.

“Saya bersyukur sekali, anak saya masih diberi kesempatan untuk mendapat dukungan beasiswa. Meski hasil IPK tahun ini tidak mencapai standar minimal penerima beasiswa,” kata bapak itu.

“Saya tahu, dia sudah belajar maksimal. Namun karena beberapa waktu yang lalu sakit hampir dua bulan, hingga mempengaruhi belajarnya,” lanjutnya.

“Saya sungguh bersyukur karena romo dan panitia beasiswa mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik dan bijaksana, hingga berani mengambil keputusan melampaui aturan yang tertulis,” ujarnya penuh syukur. 

“Romo dan panitia beasiswa berani melanggar aturan karena pertimbangan kemanusiaan bagi anakku dan kami sekeluarga,” lanjutnya.

Bacaan Injil hari ini sesungguhnya bukan untuk mengajari kita supaya melanggar aturan.

Di sini Yesus hendak mengatakan bahwa pentingnya kebijaksanaan dalam menjalani hukum dan aturan.

Hukum dan aturan boleh saja dikesampingkan apabila kita sedang memperjuangkan nilai-nilai kehidupan.

Perjuangan ini tentunya bukan untuk kepentingan pribadi tetapi kepentingan yang menyangkut orang banyak.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani memperjuangkan kepentingan kemanusiaan meski harus melampaui aturan?