Puncta 30.07.22
Sabtu Biasa XVII
Matius 14:1-12
KURAWA mabuk kekuasaan. Mereka memerintah dengan sewenang-wenang. Dibuatlah pesta dengan permainan dadu.
Pandawa diundang untuk bermain dadu. Sengkuni sebagai bandar licik memimpin pertaruhan.
Pandawa yang polos dan lugu tak berdaya. Harta benda dipertaruhkan. Kerajaan Indraprasta dan seluruh jajahannya juga disodorkan sebagai taruhan.
Yudistira berani mempertaruhkan saudara-saudaranya, bahkan isterinya sendiri, Drupadi akhirnya dijadikan taruhan.
Akhirnya mereka kalah total. Bahkan harus dibuang di hutan selama 12 tahun.
Dursasana mabuk kemenangan. Ia lupa diri dan memprovokasi saudara-saudaranya untuk mempermalukan Pandawa.
Drupadi digelandang ke tengah arena, gelung rambutnya dirampas, kain penutup tubuhnya “diblejeti” oleh tangan jahil Dursasana. Drupadi “di-bully” di tengah arena.
Ada dewa yang iba melihat perlakuan jahat pemuda seronok itu. Kain yang ditarik itu tak ada putus-putusnya.
Dursasana sampai kelelahan melucuti pakaian Drupadi. Ia jatuh terkulai tak berdaya.
Dalam kesusahan dan kepedihan dipermalukan Dursasana, Drupadi bersumpah, “ora bakal ngagem kasemekan yen ora nganggo kulite Dursasana.”
(Tidak akan memakai penutup dada kalau tidak pakai kulitnya Dursasana).
Dalam Perang Baratayuda, Bima melunaskan sumpah Drupadi dengan menguliti tubuh Dursasana untuk dijadikan pengganti kain. Sumpah dilunaskan.
Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana Herodias menyimpan dendam kesumat kepada Yohanes Pembaptis.
Sebagai nabi, Yohanes mengingatkan akan penyelewengan Herodias dengan Raja Herodes.
Yohanes menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil Herodias.”
Cinta itu buta. Kalau orang sudah dibutakan, ia bertindak nekad seperti buta/raksasa.
Segalanya diterjang tanpa perhitungan. Kendati diingatkan, namun mata gelap seseorang tak mampu melihat kebenaran.
Yohanes Pembaptis ditangkap dan dipenjarakan. Tinggal menunggu waktu pembalasan dendam.
Mabuk oleh pesta pora dan kesenangan membuat pikiran tak terkendali.
Herodes terjebak oleh kemabukan dan kata-katanya sendiri. Ia tak mampu menolak permintaan anak Herodias.
“Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.”
Dendam yang terpendam sejak lama akan segera dipenuhi. Yohanes menjadi korban kebengisan cinta buta.
Pelajaran bagi kita adalah, Jangan pernah menyimpan dendam. Dendam itu seperti gunung es. Makin lama akan makin besar.
Jika ada kesempatan, ia akan meledak menghancurkan. Drupadi dan Herodias contohnya.
Maukah anda diperbudak oleh dendam kesumat? Lepaskanlah dan belajarlah mengampuni. Anda akan menjadi manusia merdeka dan bahagia.
Ke Belanda singgah di Volendam,
Berfoto pakai baju-baju nelayan.
Jangan suka menyimpan dendam,
Dia hanya akan menghancurkan.
Cawas, jangan suka dendam…