Puncta 5.03.24
Selasa Prapaskah III
Matius 18:21-35
DAHULU kala ada pameo yang tidak boleh dilanggar yakni orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa. Namun zaman modern ini banyak pasangan Sunda dan Jawa bisa menikah dengan bahagia.
Misalnya, Widi Mulia mantan anggota AB Three yang berasal dari Sunda dinikahi pria asli Surabaya yaitu Dwi Sasono. Tata Janeeta dari Sunda menikah dengan Brotoseno menggunakan adat Jawa sesuai adat sang suami.
Nagita Slavina yang berdarah campuran Jawa, Minang dan Manado menikah dengan Raffi Ahmad yang berdarah Sunda.
Mengapa dahulu ada dendam sejarah yang membuat orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa? Mungkin ada hubungannya dengan peristiwa Perang Bubat tahun 1357.
Waktu itu Raja muda Hayam Wuruk dari Majapahit hendak meminang Putri Pajajaran Dyah Pitaloka. Pasukan Pajajaran membawa Dyah Pitaloka ke Majapahit. Mereka beristirahat di daerah Bubat.
Namun entah bagaimana, terjadi salah paham. Prajurit Majapahit menyerang pesanggrahan di Bubat, hingga gugurlah Dyah Pitaloka dan pasukannya.
Sejak saat itu ada “larangan” sebagai dendam sejarah yang turun-temurun agar tidak terjadi perkawinan orang Sunda dengan Jawa. Kita belajar, jangan sampai dendam itu menyejarah berabad-abad.
Dalam Injil hari ini, Yesus ditanya Petrus, “Sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Yesus mengajarkan pengampunan tiada batas. Angka 70×7 menggambarkan jumlah yang banyak, tak terhitung lagi. Dasar dari pengampunan tiada batas itu adalah tindakan Allah sendiri yang selalu mengampuni kita tanpa batas.
Pengampunan adalah wujud belas kasih dan kerahiman Allah. Seberapa kali orang datang untuk mohon belas kasih kepada Allah, sebegitunya juga Allah akan mengampuni kita.
Jika kita sudah diampuni oleh Tuhan, maka kita pun diajak untuk berani mengampuni sesama kita.
Ada kata-kata bijak untuk menolong kita agar mampu mengampuni sesama. “Jika ada orang lain berbuat salah, lihatlah dirimu sendiri. Jika ada orang lain berhasil, tirulah dan belajarlah daripadanya.”
Semoga kita juga mampu meneladan kerahiman Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menunggu makan gratis di sekolahan,
Ada nasi uduk ditambah lauknya telur dan ikan.
Mengampuni itu obat yang menyembuhkan,
Dendam itu duri dalam daging yang mematikan.
Cawas, belajar selalu mengampuni
Rm. A. Joko Purwanto Pr