‘SSREEEK. . . .ssreeek . . . .ssreeek
Saya melayangkan pandangan ke sekeliling kebun. Namun saya tak melihat seorang pun disana, juga binatang. Sungguh dengan sangat jelas saya mendengar suara itu dari antara dedaunan kering dekat pohon sirsak. Saat itu memang musim panas, jadi banyak daun-daun kering berguguran.
Waktu itu adalah hari kedua saya retret pribadi. Di biara rubiah karmelites Flos Carmeli kami, setiap suster yang telah berkaul kekal diberi kesempatan untuk retret pribadi selama 4 (empat) hari penuh setiap tahun, selain Retret Komunitas 2 (dua) kali setahun yaitu 4 (empat) hari penuh setiap akhir bulan Januari dan 8 (delapan) hari penuh yang waktunya menurut kesepakatan bersama antara para suster dan Pembimbing retret.
Sengaja saya pilih jam istirahat bapak-bapak kebun untuk refleksi pribadi sambil berjalan-jalan di kebun sebelah barat. Saya tidak menghiraukan lagi tentang suara srek-srek tadi. Pelan-pelan saya mengayunkan langkah mengelilingi kebun.
Ada pohon nangka, kepel, alpukat ada 7 (tujuh) jenis. Aneka pisang (nangkan, kepok, lavendis, salah roso) dan ini lagi buah markisa, sirsak, nanas, murbei, jambu air, genitu, tomat.
Aneka sayuran: labu siam, kacang panjang, buncis, kecipir dan ada lengkuas, kunyit, jahe, cabe. Masih ada lagi, buah mojo, mangga bapang, lali jiwo, gadung. Ini lagi ketela pohon dan ketela rambat.
Ya Tuhan, betapa kayanya Engkau, betapa baiknya Engkau.
Aneka buah dan sayuran, Kau tumbuhkan semua itu untuk memenuhi kebutuhan kami dan untuk kami nikmati. Syukur dan terima kasih ya Tuhan untuk semua kemurahan-Mu bagi kami.
Ular di rerimbunan daun kering
Tak terasa langkah saya kembali sampai dekat pohon sirsak. Terdengar lagi suara sreek… sreeek…sreeek ….semakin keras dan cepat. Wah ada seekor ular kira-kira panjangnya 2,5 m dan agak besar. Dalam sekejap ia menghilang di antara rimbunan tanaman.
Perasaan saya campur aduk, antara takut, was-was tapi juga penasaran.
Saya keluar dari kebun dan kembali ke kapel untuk adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus.
Karena masih penasaran, keesokan harinya saya kembali ke kebun ketempat yang ada ularnya kemarin.
Agak lama saya berdiri di sana. Tiba-tiba terdengar lagi suara ‘gemeresek’.
Ular yang sama itu pun muncul lagi.
Spontan saya berkata: “Hai ular, saya orang baik-baik, tak akan mengganggumu.”
Aneh, tiba- tiba ular itu berhenti dan menoleh memandang saya, seolah mengerti apa yang saya katakan.
Saya berkata lagi: “Hai, jangan takut, saya tak akan mengganggumu dan kamu juga jangan mengganggu kami ya. Bantulah kami, jagalah kebun kami.”
Setelah itu, sang ular bergerak dengan tenang menelusup di antara tumpukan daun-daun kering tanpa suara gemerisik.
Aneh, tak ada rasa takut dan berdebar-debar dalam hati saya seperti kemarin. Saya jadi teringat akan perhatian, kasih dan cintanya St. Fransiskus kepada semua ciptaan Tuhan. Semuanya dianggap sebagai saudara.
Tuhan, terima kasih akan pengalaman ini. Kasih-Mu sungguh nyata. Dalam kasih, tidak ada rasa takut. Dalam kasih ada damai dan dalam kasih kami saling menghargai, menjaga serta memelihara.
Tuhan, jadikanlah saya pembawa kasih bagi sesama. Amin.
Sr. M. Angelina O.Carm, terima kasih ‘share’ nya, semoga tetap sehat seger waras dan berkat Tuhan menyertai para Suster