Home BERITA Di Tengah Godaan akan Harta dan Kekuasaan, Iman Katolik tak Goyah

Di Tengah Godaan akan Harta dan Kekuasaan, Iman Katolik tak Goyah

0
Ilustrasi. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Senin, 5 Juli 2021

Tema: Tak goyah.

  • Bacaan Kej 28: 10-22a
  • Mat. 19: 18-26.

KEYAKINAN karena percaya membuahkan keselamatan yang tak terduga. Itu semua hanya mungkin karena kasih Allah semata.

Ada “misteri” tak terpahami, tak terduga. Bahkan di luar genggaman kebenaran yang dimiliki. Kesadaran bahwa dia adalah makhluk yang terbatas merupakan ungkapan keterbatasan sekaligus keterbukaan pada “Yang Lain”.

Itulah iman. Sebuah kepercayaan yang mengobarkan hati pada Allah. Semakin  percaya dan beriman semakin memberi ruang  keterbukaan. Berani belajar menjumpai Allah yang bertindak menyempurnakan.

Dilukiskan dalam Injil Matius bagaimana ungkapan keyakinan mereka.

Kepala rumah ibadat menunjukkannya dengan “datang dan menyembah”.

Perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun menunjukkan kepercayaannya dengan berani “mendekati  dan menjamah jumbai jubah Yesus”.

Dua-duanya kata kerja, aktif mendatangi. 

Yang satu ungkapan perendahan hati, dan yang lain keberanian bertindak.

Ketegasan sikap dan keberanian bertindak mereka mendatangkan keselamatan.

Keselamatan tidak berarti hidup setelah di dunia ini selesai. Keselamatan dalam dunia ini, saat ini.

Pemulihan, kesembuhan, penyempurnaan dianugerahkan. Lih. ay 22, 25.

Tetap menjadi pengikut Yesus

Seorang bapak berdinas dalam wilayah keamanan. Di dadanya tertulis sebuah nama baptis.

Dipastikan dia pengikut Kristus. Jelas-jelas Katolik. Nama seorang Santo.

“Saya berdinas di sebuah wilayah di mana kebhinnekaan berjalan dengan normal. Jarang ada gesekan soal SARA. Pergaulan, kinerja dan kedekatan dengan semua pihak saya usahakan.

Tak ada gejolak yang berarti.

Saya betul-betul menjaga suasana kondusif agar masyarakat dapat hidup tenang, bekerja lancar, dan terhindar dari gesekan-gesekan yang merugikan bersama.

Suatu saat saya ditawari sebuah kedudukan dan jabatan di pemerintahan sipil. Diminta agar memimpin di sebuah wilayah kota madya ” basah”.

Siapa yang tidak tergiur.

Dengan kekuasaan, saya dapat mengatur semua proyek-proyek; menentukan anggaran daerah. Semua kendali ada di dalam genggaman tangan saya.

Tidak harus bekerja keras; melanjutkan saja relasi-koneksi pelaku bisnis selama ini; menjaga hubungan dengan para pendahulu dan senior, niscaya aman.

Pokoknya bisa “mengerti” dan berbagi  kue pembangunan.

Dari segi ekonomi. Apalagi. Itu akan datang dengan sendiri.

Stake holders dari semua bidang akan merapat. Berbagi bagian dari proyek-proyek yang ditenderkan. Tahu sama tahulah.

Semua bisa diatur, asalkan mau berbagi “kue keberuntungan”.

Tidak akan ada kicauan. Kekuasaan begitu kuat, solid. Tinggal diciduk. Dicap sebagai anggota partai atau kelompok terlarang, selesai, habis.

Berani onar, maka akan benjut. Siapa berani belagu saat itu ketika Indonesia merajut sejarah sekitar tahun 1980-an.

Dari karier dan pangkat cukup baik dibandingkan yang lain. Dekat dengan teman seangkatan; loyal pada atasannya. Ketaatan rentang komando dan dedikasi tidak diragukan.

Apa pun akan dilakukan untuk “membantu” kolega apalagi atasan. Itulah, Romo, perjalanan hidup saya,” kata seorang serdadu negara.

“Kupertaruhan imanku,” lanjutnya.

“Tawaran dan promosi aman. Sudah dikondisikan. Syarat hanya satu. Pindah keyakinan. Saya pernah dinasehati apa arti sebuah agama. Minoritas lagi,” ungkapnya.

“Bagaimana pergulatan batin Bapak?”

“Dengan kesadaran utuh dan dibimbing, saya memilih menjadi pengikut Yesus. Iman itu telah memperkaya, menemani, mewarnai dan memberkati hidup saya.

Saya mempertaruhkan hidup. Tidak saya gadaikan hanya karena jabatan. Saya sudah datang dan menyembah Yesus sebagai kekuatan hidup. Saya percaya dan sudah diselamatkan. Ia akan menerangi dan menganugerahkan yang terbaik bagi hidup, karier dan keluarga saya,” jawabnya.

“Pernahkah kecewa dengan keputusan?”

“Dari kedamaian batin dan ketenangan jiwa tidak, Mo. Dari segi materi, tidak bisa mencapai maksimal. Yang kumiliki sekarang lebih dari cukup untuk hidup bersahaja. Saya bahagia, bersyukur dimampukan bertahan dalam iman,” tegasnya.

Kata Yesus, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” ay 22.

Tuhan, terima kasih atas berkat keputraan-Mu bagiku. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version