BEBERAPA tokoh Kitab Suci digambarkan sebagai pribadi yang sedikit berbicara atau tanpa kata-kata alias diam.
Ada yang tidak mengucapkan sepatah kata pun. Salah satunya adalah Yosep, suami Maria, bunda Sang Guru Kehidupan.
Banyak orang memaknai “diam,” karena memiliki banyak arti.
Ada yang bilang “silence is golden.”
Diam itu emas. Sementara mereka yang dalam pertemuan seperti diskusi atau bincang-bincang diam seribu bahasa bisa dianggap tidak peduli, kurang berpartisipasi.
Atau malah dianggap bodoh alias tidak mengerti.
Yosep memang pendiam, tetapi berbeda dari pribadi diam yang digambarkan pada alinea di atas. Dalam diamnya, ia sangat aktif dan mendengarkan secara cermat.
Dia juga tokoh yang taat. Orang lain menjulukinya pekerja.
Tanpa banyak bicara dia menunjukkan kesetiaan dan komitmen kuat atas tugas yang dipercayakan kepadanya.
Tatkala memikirkan rencana untuk meninggalkan tunangannya yang didapatinya mengandung, Yosep ingin agar Maria tidak mendapat malu.
Namun dia mendengarkan dan memahami pesan dari malaikat Tuhan dan melaksanakannya dengan setia.
Pada saat menantikan kelahiran Sang Almasih yang sekaligus Imanuel (Allah beserta kita), orang diajak meneladan sikap Yosep yang terbuka terhadap rencana Tuhan.
Lebih dari itu, dia setia melaksanakannya dalam diam.
Yosep itu diam, tapi bekerja keras.
Di tengah persoalan hidup bersama seperti dalam bidang sosial, politik dan ekonomi ada orang suka bikin gaduh, melontar komentar atau malah menyebarkan fitnah.
Berbicara di mana-mana tanpa menawarkan solusi. Kadang malah memperkeruh situasi.
Namun, mayoritas orang terus bekerja dalam diam. Para tenaga medis hingga kini masih terus bekerja keras untuk mengatasi pandemi.
Rakyat kecil yang terpukul hidupnya dari pelbagai sudut berusaha keras menghadapi beban hidup tanpa menuntut.
Benar, masalah hidup tidak sepenuhnya dapat diselesaikan hanya dengan berbicara. Tindakan nyata yang dilandasi kesetiaan, iman, ketekunan dan komitmen kuatlah yang akan menghasilkan solusi.
Semua itu bisa dikerjakan dalam dan sambil diam. Ya, diam tapi berperan.
Sabtu, 18 Desember 2021
Ditulis ulang berdasar renungan 20 Desember 2020