Digoda untuk Tidak Setia

0
Ilustrasi: Kesetiaan

Minggu 18 Februari 2024

  • Kej 9:8-15.
  • Mzm 25:4bc-5ab.6-7ab.8-9.
  • 1Ptr 3:18-22.
  • Mrk 1:12-15.

SALAH satu aspek penting dalam kehidupan kita adalah perjanjian dengan berbagai bentuk dan jenis persyaratannya. Banyak pasangan yang berjanji untuk membentuk hubungan yang sehat atau membuat janji yang tidak dapat dipatahkan satu sama lain.

Kesetiaan memang bukanlah menjadi hal yang mudah, apalagi bila hubungan yang sudah dibina sejak lama. Kesetiaan sendiri terjadi pada sebuah komitmen yang dilakukan bersama pasangan dan diri sendiri untuk tetap bertahan dengan satu untuk selamanya.

Untuk mengetahui setia tidaknya seseorang, perlu pengujian dan pembuktian secara langsung. Pembuktian tersebut biasanya melibatkan lamanya waktu serta proses pengujian. Perlu pembuktian dengan tindakan dan sikap yang nyata untuk menguji sebuah kesetiaan.

Dalam sejarah keselamatan, perjanjian juga menjadi sebuah dimensi penting.

“Mengucapkan janji bisa dikatakan perkara yang mudah. Namun, untuk bisa jadi orang yang selalu menepati janji, terkadang terasa sulit. Saya mungkin termasuk orang yang menjadi korban janji manis,” kata seorang ibu.

“Pasanganku adalah tipe orang yang mudah mengumbar janji daripada menepatinya,” katanya lagi.

“Orangnya malas, suka begadang hingga tidak bisa bangun pagi, hingga karena itu dia gonta-ganti pekerjaan dsn ujungnya dia menjadi pengangguran,” urainya.

“Saya ingin dia berubah dan mau menata hidupnya,” lanjutnya. “Namun ia tidak melakukannya, tetap hidup dengan polanya yang tidak punya komitmen untuk memperbaharui semangat hidupnya,” paparnya.

“Dulu waktu pacaran kelihatannya rajin dan ulet, tetapi setelah pernikahan malah menjadi beban hidupku,” sambungnya.

“Dia hidup seperti orang yang frustasi dan jauh dari rasa bersyukur,”lanjutnya.

“Janji untuk membahagiakan dan setia dalam untung dan malang sungguh tidak mudah diwujudkan,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.”

Hubungan suami isteri bisa seperti suasana padang gurun, panas dan dingin datang silih berganti secara extrem.

Situasi yang tidak mudah, banyak godaan. Bagi kami sekeluarga harta menjadi godaan yang sangat berat. Harta menjadi godaan bukan hanya bagi kami yang kekurangan saja, tetapi juga bagi mereka yang kaya karena ketidakpuasan dalam hidupnya.

Yesus-Allah yang menjadi manusia-juga mengalami godaan di awal tugasnya menjalankan misi Allah dalam dunia ini.

Godaan itu berasa dari Si Iblis. Ada tiga godaan: mengubah batu menjadi roti, menjatuhkan diri ke bawah dari bubungan Bait Allah, dan memberikan seisi dunia kepada Yesus.

Akan tetapi, Yesus menghardik Si Iblis dengan berkata: “Enyahlah iblis. Sebab ada tertulis Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dialah engkau berbakti.”

Untuk Setia pada janji dan tidak ikut godaan si jahat, Tuhan mengajari kita untuk tegas dan berdoa.

Dengan berdoa maka kekuatan Tuhan yang kita pakai untuk menolak semua godaan yang datang menghampiri kita. Sebab terbataslah kemampuan dan kekuatan kita untuk menghadapi godaan tersebut.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku punya ketegasan menolak godaan setan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version