Home BERITA Dipanggil Menjadi Berkat

Dipanggil Menjadi Berkat

1
Ilustrasi: Roti diberkati, dipecah-pecah dan dibagikan dalam kerapuhan by Parrocchia Sacro Cuore di Gesù Ciampino.

Jumat, 28 Oktober 2022

  • Ef. 2:19-22.
  • Mzm. 19:2-3,4-5.
  • Luk. 6:12-19.

DALAM memilih kedua belas murid, kita melihat langkah Tuhan Yesus yang menentukan pilihannya yang sangat hebat.

Mereka yang dipillih adalah orang-orang non-profesional, yang tidak memiliki kekayaan atau posisi, atau kehebatan.

Mereka dipilih dari orang-orang biasa yang melakukan hal-hal biasa, tidak memiliki pendidikan khusus, dan tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi.

Yesus menginginkan orang-orang biasa yang dapat mengemban tugas dan melakukannya dengan sangat baik.

Dia memilih orang-orang itu, bukan untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan, tetapi untuk apa mereka akan mampu menjadi, di bawah bimbingan dan arahan Tuhan sendiri.

Tuhan Yesus bekerja di dalam dan melalui orang-orang yang dipilih untuk kemuliaan-Nya.

Seorang bapak mensyeringkan pengalamannya dalam pelayanan di Gereja.

“Saya memahami keterlibatan dalam pelayanan di Gereja itu merupakan karunia Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain,” paparnya

“Dengan segala keunikan dan kelebihan serta kekurangan saya, Tuhan menyapa dan memilih,” katanya.

“Saya ini dilibatkan dalam karya Tuhan bukan semata-mata punya kemampuan yang hebat namun karena Tuhan ingin menunjukkan kemurahan hati-Nya kepada saya,” lanjutnya.

“Maka panggilan itu saya pahami bukan untuk menguasai orang lain, melainkan untuk menjadi berkat orang lain,” tegasnya.

“Tetapi saya juga menyadari bahwa ada kegagalan yang terjadi dalam kemuridan ini,” ujarnya.

“Saya gagal menjadi berkat bagi sesama karena masih cenderung berat sebelah dan egosentristik,” sambungnya.

“Berkat itu terhalang mengalir kepada orang lain, karena diri ini masih ingin menjadi pusat perhatian, pusat karya, pusat ide, pusat kehendak, yang mestinya adalah Tuhan,” urainya.

“Jujur saya akui bahwa akhirnya saya bukannya menjadi berkat dan kebaikan, melainkan kejahatan yang tersamar,” lanjutnya.

“Puncaknya adalah saya semakin eksklusif, menutup diri, dan egois,” ujarnya.

“Pelayanan yang saya perjuangkan saat ini adalah membawa kembali hati ini kepada Tuhan, bukan mengarahkan Tuhan kepada diri sendiri,” tegasnya

“Saya ingin memperbaiki pelayanan, melayani Tuhan bukan melayani diri sendiri,” tuturnya.

Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,

“Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.”

Kita semua ingin diselamatkan. Panggilan Tuhan itu untuk mendandani kita supaya menjadi pribadi yang penuh berkat hingga kita bisa menjadi berkat bagi orang lain.

Tuhan Yesus menawarkan kita menjadi rekan kerja-Nya bukan menjadi pemilik. Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang mencari Dia dengan iman yang penuh harapan.

Panggilan kita akhirnya untuk bersatu dan saling mengasihi dan berupaya menggalang dan menciptakan solidaritas bagi semua orang bukan hanya untuk salah satu kelompok.

Bagaimana dengan diriku? Apakah aku menyadari panggilanku sebagai berkat bagi orang lain?

1 COMMENT

  1. Saya masih merasa bahwa saya tidak layak bagi sesama karena kurang memperhatikan kekurangan yang ada di dalam pelayanan di gereja, kemampuan saya baru sebatas menjadi Lektor yang bisa di lakukan banyak orang.
    Menjadi dirigen pernah tapi malah salah, bahkan Romo berani bilang begitu, makanya sekarang belum berani untuk mendapatkan tugas sebagai dirigen. Saya merasa seperti demam panggung jika maju ke depan hingga sering membuat berantakan pikiran yang sudah diusahakan untuk tertata dan tenang. Saya belum begitu tahu apa yang menjadi berkat diriku ini untuk orang lain ???

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version