Home BERITA Dipanggil untuk Merasul

Dipanggil untuk Merasul

0
Ilustrasi: Yesus mengutus para rasul, seperti domba ke tengah kawanan serigala by newemangelization

Puncta 10.01.22
Senin Biasa I
Markus 1: 14-20

TIDAK sedikit paroki, stasi atau lingkungan mengalami kesulitan dalam mencari pelayan. Entah itu pengurus lingkungan, prodiakon atau tim pelayanan pastoral.

Banyak orang berusaha menghindar, jika ditunjuk jadi ketua lingkungan, prodiakon atau masuk dalam struktur Dewan Pastoral Paroki.

Akibatnya pelayan gereja ya hanya itu-itu saja orangnya, tidak ada yang menggantikan, bahkan sampai beberapa periode.

Alasan menghindar dari pelayanan bisa beraneka macam. Pertama alasan kesibukan. Tapi banyak tuh yang menghabiskan waktu nonton Ikatan Cinta atau Layangan Putus?

Alasan kedua merasa tidak mampu, tidak pantas, tidak sempurna, tidak bisa menjadi contoh.

Kalau kita menunggu sempurna, kita tidak akan sampai ke sana. Tidak ada orang yang sempurna.

Alasan ketiga pekerjaan banyak, anak-anak masih kecil, keluarga membutuhkan biaya hidup yang tidak sedikit.

Kita semua diberi waktu yang sama 24 jam sehari. Kendati demikian masih ada juga walau banyak tanggungjawab namun bisa membagi waktu untuk pelayanan.

Ada banyak sekali alasan yang bisa disampaikan. Tetapi nampaknya yang utama adalah tidak ada kemauan untuk memikirkan kebutuhan orang banyak. Orang lebih mementingkan kepentingannya sendiri.

Pengaruh individualisme, egosentrisme, gaya hidup hedonis dan konsumtif membuat orang tidak mau berkurban bagi sesamanya.

Kita bisa belajar dari murid-murid pertama yang dipanggil Yesus. Simon dan Andreas sedang bekerja.

Mereka sedang menebarkan jala.

Tetapi ketika Yesus memanggil mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kalian akan Kujadikan penjala manusia,” mereka segera meninggalkan jalanya.

Begitu juga dengan Yakobus dan Yohanes. Mereka pun segera meninggalkan perahu dan ayahnya untuk mengikuti Yesus.

Reaksi kesegaran itu dipengaruhi oleh dua hal; kualitas pribadi pengajak dan kebaruan isi ajakan.

Mereka punya keyakinan dan percaya pada si pengajak yakni pribadi Yesus. Mereka juga tertarik dengan isi ajakan yang baru yakni menjadi penjala manusia.

Nah kita bisa merenungkan dua hal ini.

  • Apakah kualitas pengajak ini sungguh bisa dipercaya?
  • Apakah para imam dapat dipercaya sehingga mereka dengan senang hati yakin menanggapi ajakannya?

Jangan-jangan mereka tidak percaya karena kualitas pribadi imamnya rendah.

Imamnya malas, suka perintah, suka mengeluh, plin-plan, semaunya sendiri, main kuasa, senang cari popularitas, mata duitan, gaya hidupnya mewah, milih-milih pelayanan.

Kedua apakah ada sesuatu yang baru dalam ajakan untuk terlibat menggereja?

Bagaimana mengemas pelayanan menjadi sesuatu yang menarik atau mungkin saja kegiatan menggereja sangat membosankan, menjemukan, hanya gitu-gitu saja.

Semua masih gaya lama dan tradisional.

Yesus tidak mengatakan “Mari ikutlah Aku, kamu akan Kujadikan penjala ikan,” tetapi Kujadikan penjala manusia. Ada nilai yang baru.

Saya kira Yesus itu selain punya kualitas produk yang bagus, juga pandai jadi marketing sehingga banyak orang mengikuti-Nya.

Lha kita bagaimana?

Ada katak di sawah.
Warna kulitnya merah.
Marilah kita berbenah.
Jangan jadi orang pongah.

Cawas, siap melayani….

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version