Home BERITA Dipulihkan

Dipulihkan

0
Ilustrasi - Tertuduh karena tidak mau ikut tradisi. (Ist)

Renungan Harian

Sabtu, 29 Januari 2022

  • Bacaan I: 2Sam. 12: 1-7a. 10-17
  • Injil: Mrk. 4: 35-41

Dipulihkan

PAGI itu setelah misa pagi, seperti biasa saya menyapa umat yang pulang gereja.

Saat sedang di depan gereja, saya melihat satu keluarga, bapak, ibu dan dua orang putera dan puterinya yang sedang berjalan menuju ke arah saya.

Saya merasa sudah lama tidak melihat keluarga itu.

Keluarga itu selalu ikut misa bersama-sama dan yang menarik seringkali bapak dan ibu memakai baju dengan warna dan motif yang sama.

Saya pernah bertanya kepada beberapa orang yang mengenal keluarga itu, memberi jawaban bahwa keluarga itu sudah pindah; tetapi tidak ada yang tahu pindah kemana dan kapan pindahnya.

Mereka hanya tahu bahwa rumahnya sudah kosong dan dikontrakkan.

Saat bertemu, saya menyapa dengan mengatakan bahwa rasanya sudah lama tidak melihat keluarga ikut misa.

“Iya Romo, kami memang baru hari ini ikut misa lagi di sini. Kami selama ini bersembunyi,” jawab bapak itu dengan tersenyum.

“Lho kok bersembunyi memang ada yang mengejar-ngejar,” tanya saya yang disambut dengan tertawa mereka.

Ketika melihat bahwa bapak itu mau berbicara agak panjang, maka saya mengajak mereka untuk mampir ke ruang tamu pastoran.

 “Romo, kami sungguh-sungguh bersembunyi selama satu setengah tahun ini.

Bukan karena kami dikejar-kejar tetapi supaya kami lebih tenang.

Romo, keluarga kami terkena badai yang dahsyat. Saya tidak tahu ujung pangkal dan kejadiannya seperti apa, tiba-tiba saya dipanggil pimpinan dan diberhentikan sementara, karena tuduhan korupsi.

Romo, saat itu saya rasanya oleng, bagaimana mungkin saya korupsi; sementara saya tidak berhubungan dengan uang.

Tidak pernah memegang uang kantor; pun juga tidak pernah menerima uang dari siapa pun berkaitan dengan pekerjaan.

Dan yang membuat saya heran adalah beberapa teman di kantor seolah-olah menegaskan bahwa memang saya salah.

Pulang kantor, saya bicara dengan isteri dan anak-anak, tentu saja mereka semua kaget.

Saya bersyukur bahwa isteri dan anak-anak percaya kepada saya dan memberi dukungan kepada saya.

Kami semua menyerahkan semua perkara dalam penyelenggaraan ilahi.

Tetapi Romo, yang membuat kami harus bersembunyi sesungguhnya supaya kami menjadi lebih tenang; karena sejak saya diberhentikan sementara, setiap pagi dan sore ada saja teman kantor yang selalu lewat depan rumah, padahal selama ini tidak pernah.

Romo, kami pasrah kalau memang saya harus menanggung semua ini, saya akan terima. Karena saya yakin Tuhan pasti punya rencana baik untuk kami.

Romo, setelah pemeriksaan berbulan-bulan yang melelahkan, dan sering kali harus menjawab pertanyaan yang berulang-ulang, syukur pada Allah, terang itu datang.

Ternyata selama ini ada yang memalsukan tanda tangan saya. Semua kemudian terbukti bahwa itu bukan tanda tangan saya dan memalsukan sudah ketahun dan kemudian mendapatkan ganjarannya.

Karena tidak terbukti maka saya diangkat kembali dan bahkan mendapatkan jabatan baru.

Romo, pergulatan yang panjang dan melelahkan. Tuhan sungguh hadir melalui keluarga yang saling mendukung, keluarga yang saling percaya dan kerelaan mereka untuk menanggung semua ini bersama.

Pengalaman itu membuat kami semua yakin bahwa Tuhan selalu hadir dalam keluarga saya, sehingga badai dalam keluarga yang sempat menggoncang, tidak membuat kami karam, bahkan kami berlabuh di tempat yang lebih baik,” bapak itu mengakhiri ceritanya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus, Tuhan meredakan angin ribut yang menggoncang perahu para Murid. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu  tidak percaya?”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version