Rabu, 20 Juli 2022
- Yer. 1:1,4-10;
- Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17;
- Mat. 13:1-9.
FIRMAN Tuhan itu digambarkan sebagai benih yang ditaburkan dalam hidup kita.
Ada orang yang menolak firman Tuhan sehingga benih sabda Tuhan itu tidak bertumbuh.
Ada yang tidak berakar mendalam sehingga tidak tahan menghadapi tantangan hidup.
Ada yang tidak menjadikan firman Tuhan sebagai prinsip hidup sehingga selalu khawatir tentang hidupnya.
Ada yang punya hati yang terbuka, tekun, dan tidak mudah menyerah sehingga hidupnya senantiasa berada dalam penyertaan Tuhan.
Benih yang diterima dalam hatinya bisa bertumbuh dan berbuah banyak seperti yang diharapkan oleh Allah sendiri.
Seorang teman yang pernah bersama di seminari, merayakan ulang tahun pernikahan ke-25.
Dalam syeringnya dia merasa sangat bersyukur atas perjalanan hidup yang telah dilaluinya teristimewa saat di seminari dulu.
Banyak hal positif yang dia resapi dan menjadi tutunan dia dalam membangun keluarga dan hidup bermasyarakat.
Dia memepelori adanya Credit Union, di wilayah dia bermukim, dan mengawalinya hingga tumbuh menjadi salah satu dukungan sosial bagi banyak orang.
Bahkan pernah dua periode, dia terpilih menjadi kepala desa di tempatnya.
“Saya merasakan betapa nilai-nilai hidup tentang kebenaran, jujur dan disiplin serta selalu berusaha menolong orang lain adalah nilai yang saya terima di seminari dan dan menjadi bekal dalam hidup ini,” syeringnya.
“Mungkin Tuhan memberikan saya tanah yang baik di kampung ini, untuk menumbuhkan dan membesarkan benih yang Dia taburkan dalam hati saya,” sambungnya
“Tuhan merawat dan memberkati saya dengan buah yang baik dan melimpah,” ujarnya
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.”
Arti dari perumpamaan ini, Sang Penabur adalah Yesus sendiri, dan benih yang ditabur adalah firman Tuhan yang diajarkan-Nya.
Hasil dari pemberitaan firman Tuhan dijelaskan melalui empat jenis benih yang jatuh di tempat yang berbeda-beda.
Kita dipanggil untuk menjadi tanah yang baik, kendati harus melalui proses yang tidak menyenangkan dalam kehidupan kita.
Kegagalan yang ada bukan sebuah akhir perjuangan kita melainkan sebuah proses pemurnian supaya benih yang ditaburkan Allah kepada kita bisa tumbuh dengan baik.
Setiap yang kita alami adalah bagian dari rencana Tuhan. Rencana Tuhan pastilah baik untuk kita.
Kita refleksikan setiap pengalaman hidup kita dengan kaca mata iman untuk mendapatkan makna iman di balik semua dinamika kehidupan yang kita alami, baik itu senang maupun susah.
Bagaimana dengan diriku?
Tanah seperti apakah hatiku ini?