Home BERITA Diriku Musuh Terbesarku

Diriku Musuh Terbesarku

0
Melawan Ego

Bacaan 1: Kej. 3:9-24

Injil: Mrk. 8:1-10

Mengenali ego sebagai musuh terbesar merupakan langkah besar dalam memahami diri sendiri. Ego bisa hadir dalam rasa bangga berlebihan, ketakutan, butuh pengakuan serta godaan.

Ego yang terhanyut dalam godaan bisa membawa ke dalam hidup yang tidak damai. Dalam kehidupan manusia, maka godaan senantiasa hadir mengganggu diri manusia.

Dalam bacaan hari ini, manusia pertama Adam dan Hawa tak mampu mengendalikan egonya untuk memakan buah pohon pengetahuan yang ditempatkan Allah di tengah-tengah Taman Eden. 

Mereka tergoda oleh bujuk rayu si Ular Tua bahwa dengan makan buah tersebut mereka akan menjadi sama dengan Sang Penciptanya, yaitu Allah.

Akhirnya, ego tersebutlah yang akan membunuh mereka kelak sebagai dosa asal.

  • Jatuh dalam ketidaktaatan
  • Tidak setia
  • Malu karena telanjang
  • Menjadi takut berjumpa dengan-Nya
  • Saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab (Adam – Hawa – Ular Tua)
  • Manusia hidup terpisah dari Allah
  • Manusia akan mati (kembali menjadi debu)

Para murid saat diminta oleh Tuhan Yesus untuk bertanggung jawab memberi makan empat ribu orang, maka tanggapan pertama adalah ego melempar tanggung jawab.

“Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?”

Namun Tuhan Yesus dengan cepat menyadarkan mereka. Menuntun untuk peduli kepada orang lain melalui berbagi dengan apa yang mereka miliki.

“Berapa roti ada padamu?”

Tujuh roti dan beberapa ikan milik para murid, oleh-Nya digandakan untuk memberi makan empat ribu orang. Itupun masih tersisa tujuh bakul.

Sebagai orang beriman, harus percaya bahwa bersama Tuhan tidak akan kekurangan. Inilah salah satu misi Tuhan Yesus mengenalkan kehidupan dalam Kerajaan Allah lewat mukjizat penggandaan roti.

Hidup bersama-Nya hanya ada kelimpahan dan tidak ada kelaparan selamanya.

Pesan hari ini

Mengalahkan ego bukan berarti menghilangkannya, namun lebih kepada mengendalikannya supaya bisa menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh rasa damai.

Kita tahu, apa yang dimiliki mungkin tak cukup untuk berbagi. Tetaplah berbagi dan biarkan Tuhan yang menyelesaikannya.

“Berbagi bukan tentang seberapa besar (banyak) dan seberapa besar berharganya hal yang kau beri. Namun seberapa tulus dan ikhlasnya apa yang ingin kau beri.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version